Tren IHSG Masih Rawan Koreksi pada Pekan Ini

Saat ini belum ada sentimen positif yang mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 18 Agu 2015, 06:20 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 06:20 WIB
Ilustrasi IHSG
Ilustrasi IHSG (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat tipis pada perdagangan saham sepekan. Saat ini, sentimen positif penggerak IHSG masih minim.

Analis PT MNC Securities, Sharlita Lutfiah Malik mengatakan sentimen penggerak IHSG berasal dari regional. "IHSG masih akan sensitif dengan pergerakan bursa global," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Dari dalam negeri sepi masih sepi sentimen positif. Penguatan IHSG pada penutupan pekan lalu merupakan respons pasar dari Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) 2016. "Semenjak ada reshuffle menteri di kabinet kerja belum ada dampak signifikan," tutur Sharlita.

Pada perdagangan saham pekan ini, Sharlita memprediksi IHSG berada pada rentan support 4.450-4.510 dan resistance pada level 4.635-4.765.

Analis PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada mengatakan IHSG berada pada rentang support 4.435-4.500. Sedangkan resistance pada level 4.615-4.770. Dia mengatakan, IHSG masih dalam tren melemah. Jika aksi jual masih berlanjut, maka indeks saham masih bertahan pada zona merah.

"Kami berharap di pekan depan ada empat hari perdagangan, masih ada sentimen positif yang dapat menahan pelemahan IHSG," tulis dia dalam ulasannya.

Sharlita merekomendasikan akumulasi saham untuk PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Pada perdagangan saham Jumat, 14 Agustus 2015 IHSG naik tipis 1,1 poin atau 0,02 persen ke level 4.585,39. IHSG telah melemah sekitar 3,8 persen pada akhir pekan lalu.

IHSG anjlok itu dipicu dari sentimen eksternal terutama China melemahkan atau devaluasi mata uang Yuan pada Selasa 11 Agustus 2015. Devaluasi mata uang Yuan membuat kepanikan di pasar saham karena kekhawatiran potensi perang mata uang. Hal itu membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah melemah itu membuat kekhawatiran pasar kalau kinerja emiten semakin kurang baik. (Amd/Ahm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya