Goldman Sachs Prediksi The Fed Tunda Dongkrak Suku Bunga

Goldman Sahcs menyatakan meski ada potensi penundaan kenaikan suku bunga tetapi investor harus siap hadapi kenaikan suku bunga AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Sep 2015, 10:43 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2015, 10:43 WIB
Ilustrasi The Fed
Ilustrasi The Fed

Liputan6.com, New York - Goldman Sachs memprediksi hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis pekan ini akan menunda kenaikan suku bunga hingga Desember 2015.

Analis Goldman Sachs David Kostin dalam catatannya menyebutkan kalau kemungkinan sekitar 28 persen bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada September 2015. Di sisi lain, kenaikan suku bunga kemungkinan dilakukan pada Desember. Demikian mengutip CNBC, Selasa (15/9/2015).

Sejumlah investor dan ekonom di seluruh dunia sedang menunggu hasil keputusan bank sentral yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kali sejak 2006. Meski ada potensi penundaan kenaikan suku bunga,  tim strategi investasi Goldman Sachs melihat kalau investor harus menghadapi kenaikan suku bunga AS.

Selain itu, Goldman Sachs pun telah melaporkan sejumlah saham yang dapat dimiliki dan dihindari ketika suku bunga naik. Strategi Goldman Sachs mengidentifikasi perusahaan yang mungkin paling banyak terpengaruh dari kenaikan suku bunga dan mengalami biaya pendanaan lebih tinggi.

Anehnya, satu perusahaan mengalami dua kategori itu yaitu Apple. Secara umum, tim Goldman Sachs menemukan apa yang disebut dengan kualitas saham dengan perusahaan memiliki neraca kuat.

Setelah kenaikan tingkat suku bunga pertama pada 1994,1999, dan 2004 ada perusahaan mencatatkan neraca kuat sebesar lima persen. Saham-saham yang masuk pilihan Goldman Sachs antara lain Chipotle, Dollar tree, Pepsi, Kinder Morgan, BlackRock, Google, Apple, Priceline, Oracle, dan Wells Fargo.

Sementara itu, saham-saham yang dihindari Kostin dan timnya menilai, kalau perusahaan-perusahaan memiliki utang dengan tingkat bunga mengambang bakal tertekan seiring biaya pendanaan mereka cenderung meningkat karena kenaikan suku bunga AS.

"Ketika siklus pengetatan akhirnya dimulai dampak langsung akan dirasakan oleh perusahaan dengan proporsi tinggi dari variabel tingkat pinjaman. Perusahaan memiliki tingkat utang tinggi dengan bunga mengambang terkena dampaknya," tulis riset Goldman Sachs.

Goldman Sachs menyebutkan kalau kondisi keuangan ketat dengan dolar AS menguat dan gejolak pasar yang terjadi telah membuat biaya pendanaan lebih tinggi bagi perusahaan. Ada pun perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat utang dengan bunga mengambang antara lain Apple, eBay, MetLife, Coca Cola, General Mills, Ford, McDonalds, General Motors, Time Warner, Chevron, Allergan, Johnson and Johnson dan Monsanto. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya