Menguji Ketahanan Saham Perusahaan Gas Negara

Analis memberikan prospek positif untuk saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk seiring rencana merger dengan Pertagas memudar.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Feb 2016, 14:05 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2016, 14:05 WIB
20151028-PGN Siap Salurkan Gas Ke Sektor Industri
Petugas mengecek instalasi pipa metering regulating station PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk di PT Lion Metal Works di Jakarta, (28/10/2015). Sektor Industri kini mulai mengkonversi dari bahan bakar minyak ke gas alam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen beragam membayangi kinerja saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Harga minyak dunia tertekan dan skenario berbagi jaringan pipa gas dengan pembentukan joint commitee untuk skema open access mewarnai laju saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Skenario merger antara PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas) dengan menjadikan PT Pertamina sebagai holding company marak dikabarkan sejak 2013.

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Adrianus Bias menyebutkan sentimen tersebut menjadi katalis negatif seiring ketidakpastian yang muncul bagi pemegang saham minoritas. Selain itu, ada conflict of interest ketika bisnis upstream Pertamina selama ini menjadi penyedia pasokan gas untuk PGN menjadi terkonsolidasi dalam satu entitas.

Namun, rencana pemerintah bergeser menjadi sinergi atas dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) gas, dan membentuk joint operation atau joint committee yang dipimpin langsung oleh Kementerian BUMN agar jaringan pipa gas keduanya dapat digunakan bersama-sama melalui skema open access.

Adrianus menuturkan, efek negatif dari skema open access itu akan membuat PT Perusahaan Gas Negara Tbk mengalami perubahan profil pertumbuhan di masa depan.

"Sebelumnya excess capacity dari jaringan pipa PGAS dapat digunakan untuk bisnis distribusi yang memiliki cash margin mencapai sekitar US$ 3/mmbtu menjadi bisnis transmisi dengan toll fee yang jauh lebih kecil hanya sekitar US$ 0,6/mmbtu," ujar Adrianus seperti dikutip dari riset PT Samuel Sekuritas 2 Februari 2016.

Akan tetapi, Adrianus melihat risiko ini jauh lebih terukur. Perseroan juga masih dapat memakai kekuatan jaringan distribusi yang dimilikinya untuk mempertahankan potensi bisnis distribusi.

"Kami melihat skema open access hanya dapat dijalankan secara menyeluruh jika jaringan pipa gas yang menghubungkan sumber-sumber pasokan gas di Aceh, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur telah sepenuhnya tersambung dengan pusat industri dan pembangkit listrik yang justru banyak di Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah," tutur Adrianus, Rabu (3/2/2016).

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, skema open access yang belum direalisasikan ini juga memberikan ketidakpastian untuk saham PGAS.

Dampak Harga Gas dan Minyak Dunia Merosot

Dampak Harga Gas dan Minyak Dunia Merosot

Sentimen lain yang mempengaruhi kinerja perseroan terkait paket kebijakan ekonomi pemerintah pada tahun lalu. Paket kebijakan ekonomi itu berisi soal penurunan harga gas industri. Pemerintah sedang menginvetaris beberapa industri spesifik yang akan menikmati penurunan harga gas seperti industri pupuk, petrokimia, baja dan keramik.

"Meski penurunan harga gas industri akan sepenuhnya berasal dari pemangkasan keuntungan porsi pemerintah dan tidak menggerus keuntungan pemain utama, distributor, pasar tetap merespons negatif hal ini," kata Adrianus.

Reza mengatakan, harga gas turun dapat meningkatkan volume distribusi gas. Ini dapat memberikan sentimen positif perseroan. Akan tetapi, hal tersebut juga bergantung kondisi iklim bisnis saat ini.

"Bila di hulu tidak bergairah mungkin permintaan bahan bakar turun apalagi kalau komponen lain dalam dolar Amerika Serikat menguat. Jadi penurunan harga gas juga dapat jadi peluang tetapi tergantung kondisi iklim usaha," tambah Reza.

Harga minyak dunia merosot hingga sentuh level terendah US$ 27,8 per barel pada pertengahan Januari 2016 juga berdampak negatif untuk pergerakan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Mengingat dampak negatif penurunan harga minyak ke bisnis yang dimiliki PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Perseroan memiliki participating interest di 9 blok minyak dan gas (migas). Tiga diantaranya telah berproduksi antara lain blok Pangkah, blok SES, dan blok Fasken di Texas, Amerika Serikat. Sisanya masih tahap eksplorasi dan perkembangan.

Adrianus menilai, dampak lain muncul dari penurunan harga minyak juga penurunan nilai aset yang akan dicatatkan di pendapatan. Namun hal tersebut bersifat non kas sehingga Adrianus menilai tidak akan menganggu aliran dana kas dan valuasi PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Rekomendasi Saham

Melihat kondisi itu, Adrianus mengatakan pihaknya lebih positif dalam melihat prospek PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Hal itu didukung dari rencana merger Pertagas dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang memudar.

Kedua, skema penurunan harga gas industri tanpa menggerus margin perseroan. Ketiga, perlindungan nilai mata uang secara alami. Keempat, harapan perbaikan kinerja seiring kenaikan volume distribusi.

"Kami menaikkan rekomendasi menjadi beli beli karena potensial kenaikan dari target harga Rp 3.400," ujar Adrianus.

Sementara itu, Reza merekomendasikan hold dengan target harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk sekitar Rp 2.460 per saham.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa 2 Februari 2016, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk berada di level harga Rp 2.395 per saham. (Ahm/Igw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya