Bursa Saham RI Mampu Positif di Awal 2016

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 2,28 persen didukung aksi beli investor asing di awal 2016.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Feb 2016, 22:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2016, 22:00 WIB
20160104-Perdagangan-Bursa-AY
Suasana awal pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1). Mengawali pembukaan perdagangan bursa 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,24 persen atau 10,80 poin di angka 4.580,17. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan penguatan di antara bursa saham negara lainnya pada awal 2016.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat 19 Februari 2016, bursa saham Thailand naik 2,30 persen, dan mencatatkan posisi tertinggi di antara bursa saham lainnya.  

IHSG berada di posisi kedua untuk mencatatkan kinerja saham terbaik di antara bursa saham global. IHSG naik 2,28 persen secara year to date (Ytd) ke level 4.697,56.

Penguatan IHSG tersebut didorong sejumlah sektor saham antara lain sektor saham barang konsumsi naik 11,63 persen, disusul sektor saham aneka industri mendaki 10,15 persen, dan sektor saham manufaktur menguat 9,47 persen.

Laju IHSG sempat mencatatkan performa terbaik di awal tahun ini pada 17 Februari 2016. IHSG naik 3,76 persen secara Ytd ke level 4.765. Bahkan total aksi beli investor asing mencapai Rp 2,37 triliun.

Akan tetapi, IHSG turun 1,7 persen pada perdagangan saham Jumat pekan lalu didorong dari aksi jual di saham perbankan. Total investor asing mencatatkan aksi beli mencapai Rp 1,82 triliun sepanjang 2016.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada menuturkan sentimen makro ekonomi Indonesia mendukung penguatan IHSG di awal 2016. Hal itu membuat investor asing masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia.

"Ada ekspektasi penurunan suku bunga, berita terkait penetapan peringkat Indonesia dari Moody's memberikan sentimen positif untuk pergerakan IHSG. Ekspektasi anggaran pemerintah diwujudkan pada kuartal pertama 2016," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (21/2/2016).

Ia mengakui kalau sentimen kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi China juga membayangi laju IHSG. "Sentimen dalam negeri mampu mengimbangi sentimen bank sentral AS dan China," kata Reza.

Reza memprediksi, IHSG berpotensi menguat pada tahun ini asal didukung dari faktor makro ekonomi dan sentimen global.

Mengutip laman Bloomberg, aliran dana investor asing turut mendukung pergerakan valuasi saham dan rupiah sehingga mampu mencatatkan penguatan.

Valuasi saham naik itu terjadi setelah laju IHSG cenderung tertekan dan rupiah sempat sentuh level terendah dalam 17 tahun pada tahun lalu seiring sentimen kenaikan suku bunga bank sentral AS dan aksi jual di pasar negara berkembang mencapai US$ 1,6 miliar.

Baring Asset Management Ltd menilai bursa saham Indonesia positif didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan inflasi terkendali sehingga memberi ruang bank sentral untuk memangkas bunga.

"Sentimen di Indonesia telah bergeser positif karena investor melihat sejumlah perbaikan dalam hal pemulihan ekonomi," ujar Manajer Investasi Baring Asset Manajement Ltd Soo Hai Lim.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya telah meningkatkan investasi di sektor saham barang konsumsi, keuangan dan telekomunikasi sejak Oktober.

Jeffrosenberg Tan, Manajer Investasi PT Sinarmas Asset Management menilai, bursa saham Indonesia mampu bertahan dari ekonomi China melambat. "Investor sudah mulai mengamati antara ekonomi Indonesia dan masalah di China," kata dia.

Meski demikian, Pengelola Franklin Resources Inc Mark Mobius mengatakan harapan investor berlebihan telah usai seiring prospek kinerja tidak begitu baik dan kemampuan pemerintah untuk mendorong belanja infrastruktur.

Mobius mengatakan, pihaknya ingin melihat bukti pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, Mobius menuturkan pihaknya tidak membeli dan menjual saham Indonesia.

"Investor lokal dan asing hanya akan menempatkan lebih banyak uang ke Indonesia kecuali reformasi dilaksanakan. Saat ini tidak ada yang dapat membantu prospek saham sejak prospek pendapatan kurang baik," ujar Mobius.

Sementara itu, Ekonom Faisal Basri menyatakan kinerja pasar saham Indonesia terbaik per 17 Februari 2016 (year-to-date).

Mengutip Economist terbaru, dalam US$ terms kinerja pasar saham Indonesia naik 5,9 persen dibandingkan indeks akhir tahun 2015.

Ia mengatakan, pertumbuhan positif lebih tinggi dalam US$ terms dibandingkan dalam rupiah disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang menguat (apresiasi).

Kinerja pasar saham Indonesia sangat dipengaruhi oleh investor asing. Ia pun mengharapkan perkembangan positif dalam dua minggu terakhir dapat berlanjut.

"Tidak hanya di pasar saham, tetapi juga diharapkan terjadi di pasar obligasi, dan terutama penanaman modal asing langsung," kata Faisal.

Mengutip dari blognya faisalbasri01.wordpress.com, Faisal menyebutkan kalau arus modal masuk asing sangat menentukan stabilitas makro ekonomi. Hal itu lantaran defisit perdagangan barang dan jasa diperkirakan meningkat. Kinerja ekspor juga masih terus tertekan hingga Januari lalu.

Selain itu, Faisal mengungkapkan perlu juga mengantisipasi risiko arus modal keluar dari emerging market yang diperkirakan terjadi cukup besar meski tak sebesar tahun lalu. (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya