Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah berada di zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini. Hal itu dipicu dari kekhawatiran kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) dan rencana penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (28/3/2016), IHSG melemah 53,46 poin atau 1,11 persen ke level 4.773,62. Indeks saham LQ45 melemah 1,31 persen ke level 827,54. Seluruh indeks saham acuan alami koreksi di awal pekan ini.
Baca Juga
Ada sebanyak 208 saham tertekan mendorong IHSG ke zona merah. Sementara itu, 81 saham menguat dan 80 saham lainnya diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 4.813,91 dan terendah 4.757,80.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham tercatat 199.226 kali dengan volume perdagangan 9,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,5 triliun.
Aksi jual investor asing pun mencapai Rp 301 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli mencapai Rp 300 miliar. Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,55 persen dan sektor saham tambang menguat 0,23 persen.
Â
Baca Juga
Sektor saham industri dasar melemah 1,67 persen, sektor saham manufaktur tergelincir 1,57 persen dan barang konsumsi turun 1,56 persen. Kedua sektor saham ini mencatatkan penurunan terbesar pada Senin pekan ini.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham MEDC naik 13,27 persen ke level Rp 1.195 per saham saham ABMM menguat 10,19 persen ke level Rp 2.650 per saham, dan saham AMRT naik 1,87 persen ke level Rp 545 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham TAXI turun 10 persen ke level Rp 189 per saham, saham MCOR melemah 5,82 persen ke level Rp 275 per saham dan saham ACES melemah 5,88 persen ke level Rp 800 per saham.
Bursa saham Asia cenderung variasi. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,77 persen ke level 17.134,36. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,06 persen ke level 1.982,54, indeks saham Shanghai melemah 0,73 persen ke level 2.957,82 dan indeks saham Singapura melemah 0,59 persen ke level 2.830.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan tekanan IHSG dipicu pergerakan dolar Amerika Serikat (AS). Dolar AS berada di posisi Rp 13.331. Inflasi AS menguat mendorong penguatan dolar. Hal itu juga membuat ada kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga.
Sementara itu, dari dalam negeri, David menilai, pemerintah berencana menurunkan harga BBM tidak mendapatkan respons positif pelaku pasar. Lantaran penurunan harga BBM tidak terlalu besar. Hal itu mendorong pelaku pasar melakukan aksi jual di sektor saham barang konsumsi.
"Pergerakan dolar AS dan kebijakan moneter mempengaruhi IHSG. Investor asing melakukan aksi jual saham berkapitalisasi besar seperti BCA, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Indofood Sukses Makmur dan Bank Mandiri," ujar dia. (Ahm/Igw)