Tower Bersama Bukukan Pendapatan Rp 3,7 Triliun di 2016

Tower Bersama mengumumkan laporan keuangan

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 22 Mar 2017, 20:11 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2017, 20:11 WIB
Tower Bersama.
Tower Bersama.

Liputan6.com, Jakarta PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan pendapatan sebesar Rp 3,7 triliun pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2016.

TBIG berhasil mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 3,7 triliun dan Rp 3,2 triliun untuk periode satu tahun yang berakhir pada 31 Desember 2016.

Marjin EBITDA Perseroan meningkat menjadi 86,8 persen untuk 2016 dibandingkan dengan 85,1 persen untuk 2015. Jika hasil triwulan IV/2016 disetahunkan, total pendapatan perseroan mencapai Rp 3,8 triliun dan EBITDA mencapai Rp 3,2 triliun.

Per 31 Desember 2016, TBIG memiliki 20.486 penyewaan dan 12.610 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 12.539 menara telekomunikasi dan 71 jaringan DAS.

Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 20.415, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,63.

CEO TBIG Hardi Wijaya Liong menjelaskan sepanjang 2016, perusahaan bertumbuh secara organik sebanyak 1.314 site telekomunikasi dan 889 klokasi ke dalam portfolio perseroan. 

"Meskipun kami tumbuh sebanyak 2.203 penyewaan, penambahan penyewaan kami renddah, ter8tama dikarenakan penghentiuan penyewaan Telkom Flexi," tutur Hardi dalam keterangannya, Rabu (23/3/2017).

 

Perseroan mengeluarkan Rp 1,5 trilliun di tahun 2016 untuk inisiatif bagi pemegang saham yang terdiri dari Rp 592 miliar dalam bentuk dividen dan Rp 906 miliar dalam bentuk pembelian kembali saham. Hal ini memberikan imbal hasil sebesar 6,7 persen untuk pemegang saham, (berdasarkan harga saham Rp 4.980 per 31 Desember 2016)

"Kami mengharapkan untuk tetap memberikan imbal hasil yang signifikan kepada pemengang saham seiring dengan pertumbuhan dari bisnis organik kami serta mempertahankan tingkat leverage yang didukung oleh kreditur kami,” tambah Hardi.

Per 31 Desember 2016, total pinjaman (debt) perseroan, di mana pinjaman dalam Dollar Amerika yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 17.109 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 9.451 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp 365 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 16.744 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp 9.086 miliar.

Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat 2016 yang disetahunkan adalah 2,8x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 5,1x di mana kami masih memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang kami.

“Kami berhasil menurunkan tingkat leverage kami dari 5,2x di triwulan keempat 2015 menjadi 5,1x di triwulan keempat 2016, dan juga berhasil meraih pertumbuhan organik yang kuat di mana total penambahan penyewa kami naik 11 persen serta memberikan imbal hasil untuk pemegang saham yang signifikan sebesar kurang lebih Rp 1,5 triliun," tutur Helmy Yusman Santoso, Chief Financial Officer TBIG.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya