Wall Street Melemah Imbas Rilis Hasil Rapat The Fed

Investor juga khawatir rencana pemangkasan pajak bakal lama terwujud oleh pemerintahan Donald Trump berdampak ke wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Apr 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2017, 05:00 WIB
Ilustrasi Wall Street
Ilustrasi Wall Street

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah seiring sinyal bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed) dapat mengubah kebijakan investasi obligasi atau surat utang pada 2017.

Pelaku pasar juga khawatir terhadap kemampuan pemerintahan Donald Trump untuk memberikan pemotongan pajak yang dijanjikan. Lantaran ada komentar dari anggota parlemen soal perpecahan mendalam di Washington.

Dalam notulensi rapat the Federal Reserve menunjukkan kalau pejabat the Federal Reserve sedang berpikir untuk mengambil langkah-langkah memangkas ukuran neraca keuangan US$ 4,5 triliun. Selain itu, sejumlah partisipan rapat melihat kalau harga ekuitas sekarang relatif tinggi untuk penilaian standar.

"Entah itu ketakutan sejumlah pejabat the Federal Reserve, atau ada beberapa yang berpikir kalau normalisasi neraca merugikan pertumbuhan. Atau pasar akan mendapatkan lebih banyak kenaikan suku bunga dari yang diperkirakan,"  ujar Direktur OakBrook Investments LLC Janna Sampson, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (6/4/2017).

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB) indeks saham Dow Jones melemah 41,09 poin atau 0,2 persen ke level 20.648. Indeks saham S&P 500 tergelincir 7,21 poin atau 0,31 persen ke level 2.352,95. Sedangkan indeks saham Nasdaq melemah 34,13 poin atau 0,58 persen ke level 5.864,48.

Pelaku pasar masih mencermati bagaimana pemerintahan Donald Trump menepati janji saat kampanye. Usai kegagalan reformasi Rancangan Undang-Undang (RUU) kesehatan, investor berharap Donald Trump dapat merealisasikan pemotongan pajak.

Namun, ketua DPR AS Paul Ryan menuturkan, kalau reformasi pajak akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai sepakat ketimbang kesehatan.

"Sepertinya ini kombinasi dari pernyataan pejabat the Federal Reserve yang agresif, kekecawaan perkembangan reformasi pajak dan harga minyak," ujar Wakil Direktur Charles Schwab Randy Frederick.

"Dari perspektif saya ini mungkin dibenarkan oleh beberapa sinyal sentimen campuran," tambah dia.

Ada pun 9 dari 11 sektor saham cenderung tertekan didorong sektor saham keuangan. Sedangkan sektor saham utilitas dan real estate cenderung menguat.

Rilis data ekonomi yang telah keluar antara lain perusahaan AS menambah jumlah pekerja sekitar 263 ribu pada Maret 2017. Ini lebih besar di atas harapan ekonom sekitar 187 ribu.

Volume perdagangan saham sekitar 7,58 miliar saham di wall street. Angka ini di atas rata-rata perdagangan harian sekitar 6,8 miliar saham selama 20 sesi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya