Debut Perdana, Saham Emdeki Utama Langsung Tertekan

Emdeki Utama akan menggunakan dana IPO sebanyak 73,91 persen untuk belanja modal.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 25 Sep 2017, 09:25 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2017, 09:25 WIB
Saham PT Emdeki Utama Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (25/9/2017).
Saham PT Emdeki Utama Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (25/9/2017).

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Emdeki Utama Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin ini. Produsen kalsium karbida ini resmi tercatat dengan kode MDKI. Perseroan merupakan emiten ke-22 yang terdaftar di BEI pada tahun ini atau emiten ke-556 yang tercatat di papan BEI.

Perseroan melepas 307,2 juta lembar saham atau setara 17 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Harga saham yang ditawarkan ke publik Rp 600 per saham.

Pada debut perdananya, saham perseroan dibuka pada harga Rp 590 atau turun Rp 10 dari harga penawaran Rp 600 per saham. Saham perseroan berada pada level tertinggi Rp 610 per saham dan terendah Rp 580 per saham.

Saham Emdeki Utama ditransaksikan sebanyak 132 kali dengan volume 11.339 lot. Nilai transaksi perseroan mencapai Rp 672,35 juta.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya mengatakan, dengan menjadi perusahaan terbuka maka perseroan dituntut untuk menerapkan tata kelola yang baik.

"Dengan menjadi perusahaan terbuka, perusahaan dituntut lebih profesional. Dalam hal ini mengelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG)," kata dia di Gedung BEI Jakarta, Senin (25/9/2017).

Dia menambahkan, Emdeki Utama juga mesti memberikan keterbukaan, tidak hanya pada regulator tetapi pada publik. Menurut Alpino, IPO tak sekadar sarana untuk menggalang dana publik namun juga sebagai langkah strategis untuk meningkatkan profesionalisme.

Emdeki Utama akan menggunakan dana IPO sebanyak 73,91 persen untuk belanja modal, di mana 48,96 persen untuk membiayai pembangunan pabrik high grade silica alloy dan 24,95 persen untuk membangun pabrik carbide desulphuriser.

Sisanya, sebanyak 13,41 persen digunakan untuk modal kerja kedua pabrik. Lalu, sebanyak 12,68 persen digunakan untuk modal kerja produksi kalsium karbida.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya