IHSG Berpeluang Menguat, Cermati Saham Pilihan Ini

IHSG diperkirakan menguat terbatas pada perdagangan hari ini (7/3/2018).

oleh Bawono Yadika diperbarui 07 Mar 2018, 07:15 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 07:15 WIB
20161114-Perdagangan-Saham-Jakarta-AY
Dua pekerja memantau pergerakan saham di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11). Laju IHSG melemah 2,6 persen atau sekitar 137,71 poin ke level 5.094,25 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin (14/11/2016). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpeluang menguat terbatas pada perdagangan Rabu (7/3/2018). Proyeksi penguatan tersebut di tengah menanti pengumuman cadangan devisa (cadev) di periode Februari 2018.  

Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang 6.478-6.642. Pada perdagangan kemarin, 6 Februari 2018, IHSG melemah 50,48 poin atau 0,77 persen ke posisi 6.500,11. 

"Rilis data cadangan devisa membayangi laju IHSG dengan range berada pada kisaran 6.478-6.642," tutur William di Jakarta, hari ini. 

Atas dasar itu, William merekomendasikan beberapa saham, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Pembangunan Daerah Tbk (BJTM).

Sementara itu, Analis PT Recapital Asset Management, Kiswoyo Adi meramal laju IHSG akan berada pada level support 6.450 dan resistence di 6.600. 

"Saham yang bisa jadi pilihan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT)," ujar dia. 

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji memprediksi laju IHSG berpotensi menguat terbatas. Nafan merekomendasikan saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).

Dari data Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 131,98 miliar pada akhir Januari 2018. Realisasi ini naik sebesar US$ 1,78 miliar dari posisi Desember 2017 yang sebesar US$ 130,20 miliar.

"Posisi cadev akhir Januari 2018 tercatat US$ 131,98 miliar atau lebih tinggi dari posisi akhir Desember 2017 sebesar US$ 130,20 miliar," kata Direktur Eksekutif BI, Agusman pada 7 Februari 2018. 

Menurut Agusman, peningkatan cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang berasal dari pajak dan hasil ekspor migas bagian pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa terutama untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.

"Posisi cadangan devisa pada akhir Januari 2018 tersebut cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," Agusman menerangkan.

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rupiah Masih Tertekan, IHSG Melemah 50,48 Poin

IHSG
Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pengaruhi IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, pada 6 Maret 2018, IHSG melemah 50,48 poin atau 0,77 persen ke posisi 6.500,11. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,06 persen ke posisi 1.078,22. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Ada sebanyak 219 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 152 saham menguat dan 114 saham diam di tempat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.589,72 dan terendah 6.4.92,95.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 394.668 kali dengan volume perdagangan 9,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,7 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 787,78 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.768.

Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham tambang naik 0,04 persen dan sektor saham perdagangan merosot 0,14 persen. Sektor saham barang konsumsi melemah 1,21 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi turun 1,14 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 1,1 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar antara lain saham IMAS naik 24,77 persen ke posisi Rp 1.335 per saham, saham POLY melonjak 22,89 persen ke posisi Rp 102 per saham, dan saham STAR mendaki 21,79 persen ke posisi Rp 95 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham HOME melemah 8,33 persen ke posisi Rp 121 per saham, saham ESTI tergelincir 4,65 persen ke posisi Rp 82, dan saham BBNI merosot 3,93 persen ke posisi Rp 9.175 per saham.

Bursa saham Asia pun menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 2,09 persen dan catatkan penguatan terbesar. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 1,53 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 1,79 persen. Kemudian diikuti indeks saham Shanghai menanjak 1 persen, indeks saham Singapura menguat 1,46 persen, dan indeks saham Taiwan melonjak 1,33 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menilai, pelemahan IHSG lantaran kekhawatiran pelaku pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve pada 2018 akan lebih agresif dibandingkan 2017.

Sentimen global ini pengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Posisi rupiah pun masih terdepresiasi terhadap dolar AS. " Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada Maret ini," kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, minimnya sentimen positif dari dalam negeri juga turut mempengaruhi IHSG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya