IHSG Dibuka Melemah, Investor Menunggu Angka Neraca Perdagangan

Sebagian sektor saham tertekan, penurunan tertinggi dibukukan sektor saham keuangan dengan turun sebesar 1,40 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Mei 2018, 09:15 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 09:15 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terkoreksi pada pembukaan perdagangan Selasa pagi ini. Pelaku pasar menanti data neraca perdagangan.

Pada pra-pembukaan perdagangan, Selasa (15/5/2018), IHSG melemah 21,07 poin atau 0,35 persen ke level 5.926,07. Begitu pun dengan indeks LQ45 turun 0,55 persen ke posisi 956,70.

Pelemahan berlanjut dan IHSG dibuka terkoreksi semakin dalam 34,41 poin atau 0,59 persen ke level 5.910,07. Indeks LQ45 pun merosot 1,17 persen ke posisi 950,90.

Sebanyak 59 saham merosot, 93 saham stagnan, dan 104 saham menguat. Total frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 14.132 kali dengan volume 337 miliar saham senilai Rp 374 miliar.

Investor asing melakukan penjualan di seluruh pasar senilai Rp 30,66 miliar. Sedangkan dolar AS diperdagangkan pada posisi Rp 14.012.

Sebagian sektor saham tertekan. Penurunan tertinggi dibukukan sektor saham keuangan dengan turun sebesar 1,40 persen, disusul sektor infrastruktur dengan pelemahan 1,17 persen.

Adapun saham-saham yang mengalami tekanan dalam pada perdagangan pagi ini, diantaranya ETWA yang anjlok 13.91 persen. Kemudian saham MYOH dan saham BATA yang masing-masing terperosok 12,92 persen dan 7,96 persen.

Sementara, saham-saham yang bergerak di zona hijau yakni saham PRIM dengan penguatan terbesar 50 persen. Selanjutnya saham BBHI yang menanjak 6,79 persen, dan saham MDIA melesat 6,67 persen.

Prediksi Analis

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya menyatakan IHSG berpeluang menguat. Pergerakan IHSG akan dibayangi rilis data suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 day repo rate. Diperkirakan 7 day repo rate tetap 4,25 persen.Selain itu, harga komoditas dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Sepertinya belum akan ada perubahan. Semua yang ditentukan Bank Indonesia pastinya dari kajian mendalam dan perhitungan," ujar William.

William menilai, suku bunga acuan BI bisa dipertahankan karena kondisi ekonomi cukup stabil. Sedangkan mengubah suku bunga acuan perlu kajian mendalam. "The Federal Reserve saja mau mengubah suku bunga acuan pertama (omongan pertama) juga butuh setahun untuk ubah," kata dia.

William menambahkan, pada pekan ini, pelaku pasar juga akan cermati rilis data pertumbuhan kredit, neraca perdagangan dan penjualan mobil serta motor. William prediksi, IHSG bergerak di kisaran 5.791-6.062. "Pola gerak IHSG sedang berusaha tembus level resistance," kata dia.

Sementara itu, Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menuturkan, pelaku pasar menanti data neraca perdagangan per April yang diproyeksikan surplus dari USD 1,09 miliar menjadi USD 1,1 miliar. Bila neraca perdagangan April mampu di atas harapan akan menjadi katalis positif IHSG.

Penetapan BI 7 day repo rate juga dinantikan pelaku pasar. Ia menilai, jika IHSG dan rupiah tidak alami penurunan signifikan pada Mei maka BI 7 day repo rate tidak perlu dinaikkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya