Ancaman Perang Dagang Tambah Memanas Bebani Wall Street

Kekhawatiran tarif baru impor terhadap barang China dan harga minyak menekan laju wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jul 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2018, 05:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah usai menguat selama empat hari berturut-turut.Hal ini dipicu kekhawatiran investor terhadap ancaman pemerintahan AS mengenakan tarif baru impor barang China senilai USD 200 miliar sehingga menambah ancaman perang dagang.

Di sisi lain, harga minyak melemah mendorong sektor saham energi tertekan. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 219,21 poin atau 0,88 persen ke posisi 24.700,45. Indeks saham S&P 500 tergelincir 19,82 poinatau 0,71 persen ke posisi 2.774,02. Indeks saham Nasdaq susut 42,59 poin atau 0,55 persen ke posisi 7.716,61.

China merespons ancaman Presiden AS Donald Trump dengan menuduh AS mengintimidasi. China punmemperingatkan akan membalas AS.

Investor mengatakan, sentimen perang dagang akan mereda seiring fokus terhadap rilis kinerja keuangan kuartal II.Laporan keuangan dari JP Morgan Chase dan bank besar lainnya akan rilis pada Jumat pekan ini.

"Situasi perdagangan mengkhawatirkan tetapi tidak ada lagi yang akan segera terjhadi.Sentimen itu akan mereda sementara dan kini investor fokus terhadap kinerja keuangan.Investor mencari kinerja keuangan perusahaan yang kuat tetapi ada potensi kecewa," ujar John Carey,Manager Portofolio Amundi Pioneer Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (12/7/2018).

Berdasarkan data Reuters, analis memperkirakan pendapatan perusahaan S&P 500 tumbuh 21 persen.Sejumlah saham pun terpukul imbas perselisihan sektor perdagangan tersebut.Saham Boeing, 3M, dan Caterpilar melemah, hingga jadi hambatan terbesar indeks saham Dow Jones sehingga menekan wall street.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Minyak Bebani Wall Street

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sektor saham material pun terkena pengaruh perselisihan sektor dagang. Saham Freeport-McMoran turun 3,9 persenkarena harga tembaga mencapai titik terendah dalam satu tahun. Selain itu, sektor saham energi S&P 500susut 2,2 persen dan memimpin penurunan sektor saham di wall street.

Ini imbas harga minyak AS melemah lima persen akibat eskalasi sengketa perdagangan dan harapan pasokanyang meningkat. Ini karena Libya akan kembali buka pelabuhan.Saham produsen chip yang bergantung pada China pun tertekan dengan indeks semiconductorPhiladelphia tergelincir 2,6 persen.

Akan tetapi, penurunan pasar tidak setajam apa yang terlihat pada akhir Maret dan awal April.Ini ketika retorika perang dagang yang meningkat antara China dan Amerika Serikatmenyebabkan S&P jauth lebih dari dua persen.

Analis menilai bursa saham juga dipengaruhi spekulasi pemerintahan Trump bisa berubah pikiran pada akhir Agustus ketika tarif tersebut mulai berlaku. Sektor saham utilitas pun satu-satunyayang berada di wilayah positif dengan naik 0,9 persen.

Saham Twenty-First Century Fox melemah empat persen usai menaikkan tawarannya untuk Sky Inggris. Ini melihat dari tawaran saingannya Comcast. Saham Comcast pun naik 1,3 persen.Volume perdagangan saham tercatat 6 miliar saham di wall street. Angka ini lebih rendah dari rata-rata harian 6,9 miliar saham untuk 20 hari perdagangan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya