Wall Street Tertekan Kekhawatiran Pelemahan Ekonomi Global

The International Monetary Fund (IMF) memotong perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Okt 2018, 05:20 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2018, 05:20 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Wall Street harus berakhir melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Salah satu sentimen penekan bursa saham di Amerika Serikat (AS) adalah kekhawatiran investor akan prospek pertumbuhan ekonomi global.

Mengutip Reuters, Rabu (10/10/2018), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 56,21 poin, atau 0,21 persen menjadi 26.430,57. Untuk S&P 500 kehilangan 4,09 poin atau 0,14 persen menjadi 2.880,34. Berbeda, Nasdaq Composite menambahkan 2,07 poin atau 0,03 persen menjadi 7.738,02.

The International Monetary Fund (IMF) memotong perkiraan pertumbuhan ekonomi global  untuk 2018 dan 2019. Lembaga ekonomi dunia tersebut menyatakan ekonomi global akan tumbuh 3,7 persen pada akhir 2018, turun dari perkiraan Juli lalau yang ada di angka 3,9 persen.

IMF juga memotong estimasi pertumbuhan ekonomi AS dan China di 2019. IMF mengatakan bahwa kedua negara tersebut akan mengalami tekanan karena adanya perang dagang.

Sementara Presiden AS Donald Trump mengulanhi ancaman untuk mengenakan tarif tambahan impor China senilai USD 267 miliar Jika Beijing kembali menerapkan retribusi baru.

Sentimen tersebut mempengaruhi saham-saham sektor material yang mengalami penurunan 3,4 persen. Pelemahan ini merupakan penurunan harian terbesar sejak 8 Februari lalu. Saham perusahaan kimia PPG Industries menjadi saham yang mengalami pelemahan terbesar yaitu jatuh 10 persen.

Perusahaan yang terdaftar di Wall Street ini sangat terpengaruh dengan perang dagang AS dengan China karena perang dagang membuat bahan baku lebih mahal dan permintaan dari China juga mengalami pelemahan.

"Dengan penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi global ini sangat berpengaruh kepada indeks S&P 500 karena sebagian besar saham di indeks ini memiliki orientasi ekspor," jelas Mark Luschini, chief investment strategist di Janney Montgomery Scott, Philadelphia, AS.

Namun memang, pelemahan Wall Street tidak terlalu besar karena memperoleh dukungan dari penurunan imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun pemerintah AS. Setelah mengalami lonjakan yang cukup tinggi pada pekan lalu, imbal hasil obligasi pemerintah ini mengalami penurunan dan memberikan angin segar kepada pasar ekuitas.

"Dengan adanya penurunan imbal hasil ini maka pasar saham bisa sedikit bernafas lega," kata Kristina Hooper, chief global market strategist di Invesco, New York, AS.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Sektoral

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sektor industri yang merupakan sektor yang sangat sensitif terhadap perdagangan kehilangan 1,5 persen. Saham maskapai penerbangan mengalami pelemahan terbesar dengan jatuh 3 persen.

American Airlines mengalami presentase penurunan terbesar dengan turun 6,5 persen setelah mengatakan bahwa harga bahan bakar yang lebih tinggi akan mempengaruhi kinerja perusahaan di kuartal III.

Sedangkan indeks energi menjadi penyelamat indeks S&P 500 dengan mengalami kenaikan 1 persen karena harga minyak naik di tengah penurunan ekspor minyak mentah Iran dan penutupan sebagian besar produksi di Teluk Meksiko karena adanya badai Michael.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya