50 Emiten Tercatat di Pasar Saham, Ini Kata Mantan Bos BEI

Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai pencatatan saham perdana emiten yang mencapai 50 perusahaan merupakan hal tidak mudah.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Nov 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2018, 11:30 WIB
20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai pencatatan saham perdana emiten yang mencapai 50 perusahaan merupakan hal tidak mudah. Hal itu terjadi di tengah kondisi pasar global yang gonjang-ganjing.

Ia menuturkan, pencatatan saham perdana PT Dewata FreightInternational Tbk mencatat sejarah sebagai emiten ke-50 yang tercatat di BEI pada 2018. Adapun sejarah terbesar kedua 47 emiten baru pada 1994 dan 37 emiten pada 2017.

“50 bukan angka mudah. Betul pernah tercatat 66 perusahaan dalam setahun di BEJ dulu, tapi itu karena adanya PAKTO (paket kebijakan oktober 1988-red),” ujar dia yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Jumat (9/11/2018).

Tito mengatakan, hingga September kemarin Singapura baru 14 emiten baru, Vietnam 8 emiten, Malaysia 16 emiten, Thailand 7, dan Filipina hanya satu.

“Indonesia 50. Selama lima tahun terakhir emiten Indonesia growth dengan 24 persen dari 473 ke lebih dari 600. Bandingkan dengan Malaysia yang tidak growth atau stagnan di 910 emiten dan Singapura yang bahkan minus 4 persen jumlah emitennya,” ujar dia.

Namun, yang menjadi pertanyaan yaitu bagaimana ke depannya agar bursa efek bisa bekerja secara efisien mempersiapkan diri, mendistribusikan informasi pasar dan memastikan order transaksi bisa lebih terfasilitasi dan biaya transaksi bisa sangat efisien?

Tito menilai, BEI sewajarnya secara efektif mengembalikan dana yang diakumulasi kepada industri. “Pasar modal tidak akan menjadi penyebab suatu krisis tapi lebih imbasnya anak selalu naik lebih dahulu dari naiknya perekonomian dan turun tergerus mendahului krisis keuangan yang akan terjadi,” kata dia.

Ia yakin 66 emiten dapat terlampaui pada 2018. Ini jika efisiensi kerja bursa efek didukung oleh efektivitas transaksi dari BEI.

 

BEI Yakin Target 35 Perusahaan IPO Tercapai pada 2019

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) yakin target 35 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2019 bakal tercapai.

Itu disampaikan Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Kamis, 25 Oktober 2018.

Dia menyatakan, secara historis, pada tahun politik, perusahaan tercatat menunjukan tren penurunan. Meski demikian, momentum pemilu diyakini mampu mengkerek perusahaan untuk melakukan IPO.

"Justru target 35 perusahaan ini tidak kita turunkan karena memang kita ingin tunjukkan kita optimistis. Jadi kita yakin ada harapan baru yang kita harapkan dengan adanya election," ujar dia di Gedung BEI.

BEI berencana meluncurkan layanan Electronic Book Building (EBB). Tujuannya antara lain adalah agar proses pembentukan harga saham bagi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan IPO bisa dilakukan secara elktronik.

"Jadi kita harapkan curved dari pricing yang terbentuk bisa lebih objektif. Pas demandnya naik, supply-nya bisa terakomodasi," papar dia.

Tak hanya itu, pada RUPSLB ini, BEI menargetkan pendapatan pencatatan obligasi menjadi 100 emisi obligasi korporasi baru di tahun depan.

Melalui akselerasi pengembangan, BEI juga menargetkan sebanyak 60 perusahaan tercatat akan melakukan pencatatan tambahan (right issue dan saham bonus) di 2019.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya