Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melanjutkan kenaikan seiring optimisme investor dipicu harapan AS dan China dapat selesaikan kesepakatan penyelesaian perang dagang.
Selain itu, data inflasi yang tak bergejolak memberikan sinyal kepada the Federal Reserve (the Fed) akan mempertahankan suku bunga dalam waktu dekat.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 110,73 poin atau 0,44 persen ke posisi 25.536,49. Indeks saham S&P 500 naik tipis 7,53 poin atau 0,27 persen ke posisi 2.752,26. Indeks saham Nasdaq bertambah 5,76 poin atau 0,08 persen ke posisi 7.420,38.
Advertisement
Baca Juga
Tiga indeks saham acuan cenderung naik. Indeks saham S&P 500 di atas rata-rata harian selama 200 hari. Sentimen negosiasi perdagangan membayangi laju wall street.
Di Beijing, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menuturkan, sejauh ini begitu baik. Hal ini mengenai pembicaraan yang sedang berlangsung untuk selesaikan sengketa perdagangan AS-China. Ia berharap pertemuan berikutnya juga dapat produktif.
"Pasar terus maju hingga mencapai kesepakatan dengan China. Tampaknya menjadi sedikit target yang bergerak, tetapi kedua belah pihak bersedia membangun kesepakatan," ujar Matthew Keator, the Keator Group Wealth Management Firm, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (14/2/2019).
Sentimen lainnya pengaruhi wall street yaitu data ekonomi AS. Departemen tenaga kerja AS melaporkan indeks harga konsumen stabil untuk bulan ketiga berturut-turut pada Januari. Hal ini membuat laju tahunan cenderung melambat dalam lebih dari 1,15 tahun.
Ini sebagai sinyal the Federal Reserve dapat membiarkan suku bunga bertahan untuk sementara waktu.
Selain itu, musim laporan kuartal keempat mendekati akhir dengan lebih dari dua pertiga perusahaan yang masuk indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan.
Sentimen Kinerja Perusahaan
Analis melihat pertumbuhan pendapatan kuartal IV 16,6 persen. Sedangkan prospek kuartal saat ini dinilai kurang menguntungkan. Laba kuartal IV diproyeksikan turun 0,3 persen dari tahun lalu. Ini menandai kerugian pertama sejak resesi pendapatan yang berakhir pada 2016.
"Volatilitas pada kuartal keempat adalah apa yang dilihat sekarang. Perusahaan mengatur ulang untuk harapan ke depan,” ujar dia.
Dari 11 sektor saham utama di indeks S&P 500, semua kecuali utilitas berada di zona positif. Perusahaan-perusahaan energi mencatatkan kenaikan persentase terbesar seiring harga minyak yang menguat sejak akhir Januari.
Saham Groupon Inc melemah 1,2 persen, dan membukukan kerugian terbesar di Nasdaq. Ini dipicu laporan kinerja laba kuartal IV 2018. Produsen obat generic Teva Pharmaceuticals turun 7,8 persen setelah memperkirakan kinerja 2019 lebih lemah karena persaingan baru untuk obat bermerek.
Saham General Electric Co naik 3,1 persen seiring kabar konglomerat banyak memesan turbin gas untuk menghasilkan listrik pada 2018.
Saham Cisco Systems turun 0,8 persen menjelang rilis laba. Sementara itu, Levi Strauss and Co mengajukan dokumen untuk menawarkan saham perdana ke publik setelah lebih dari tiga dekade sebagai perusahaan tertutup. Saham Gap Inc, American Eagle Outfitters Inc, dan Abercromble pun melemah seiring kabar IPO Levi Strauss.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement