IHSG Berpotensi Lanjutkan Koreksi, Awasi Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal lanjutkan koreksi di kisaran 6.101-6.024 pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

oleh Bawono Yadika diperbarui 14 Mei 2019, 06:30 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2019, 06:30 WIB
IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih melemah pada perdagangan saham Selasa (14/5/2019).

Perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS)-China tetap menjadi sentimen global yang mempengaruhi kinerja gerak IHSG untuk beberapa saat.

Sementara itu, dari sisi teknikal, laju IHSG dengan candlestick membentuk longblack body yang mengindikasikan tren pelemahan masih akan berlanjut.

Vice President PT Artha Sekuritas, Frederik Rasali menuturkan, IHSG kemungkinan terkoreksi dengan diperdagangkan pada level 6.101-6.024.

Diperkuat, Head of Research PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi Taulat memperkirakan, IHSG masih cenderung mencoba bertahan dengan support resistance 6.100-6.225. 

Dia menyarankan, investor dapat membeli saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Sedangkan Frederik merekomendasikan investor dapat memborong saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), serta PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan IHSG Kemarin

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu berbalik arah ke zona hijau. Kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menekan laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin, 13 Mei 2019, IHSG merosot 73,72 poin atau 1,19 persen ke posisi 6.135.  Level IHSG ini terendah sepanjang 2019.

Pada 2 Januari 2019, IHSG berada di posisi 6.181,17. Indeks saham LQ45 susut 1,25 persen ke posisi 960,86. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Sebanyak 279 saham melemah sehingga menekan IHSG. 129 saham menguat dan 121 saham diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.283,26 dan terendah 6.135,39.

Total frekuensi perdagangan saham 381.444 kali dengan volume perdagangan 10,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 564,65 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.415.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham industri dasar merosot 2,69 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi tergelincir 2,67 persen dan sektor saham tambang turun 1,75 persen.

Saham-saham yang membukukan penguatan di tengah laju IHSG yang merosot antara lain saham SOTS naik 34,05 persen ke posisi Rp 248 per saham, saham SOSS mendaki 16,28 persen ke posisi Rp 500 per saham, dan saham BIKA menanjak 10,91 persen ke posisi Rp 244 per saham.

Sementara itu, saham DUTI turun 19,93 persen ke posisi Rp 5.725 per saham, saham TKIM tergelincir 9,97 persen ke posisi Rp 7.000 per saham, dan saham FAST merosot 8,81 persen ke posisi Rp 2.070 per saham.

Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,38 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,72 persen, indeks saham Thailand susut 0,69 persen.

Selain itu, indeks saham Shanghai turun 1,21 persen, indeks saham Singapura terpangkas 1,1 persen dan indeks saham Taiwan melemah 1,44 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah seiring minimnya sentimen domestik dari domestik serta meningkatnya sentimen negatif dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Katalis itu juga berdampak terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nafan menuturkan, pelemahan sentimen eksternal lebih mendominasi laju IHSG.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya