Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia dan juga global mengalami pelemahan tajam di 2020 ini akibat pandemi Corona. Padahal di tahun lalu, sebagian besar pelaku pasar modal memandang optimistis bahwa ekonomi akan tumbuh tinggi di tahun ini.Â
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, ekonomi domestik dan global masih akan menghadapi lima tantangan sekaligus dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini juga akan mempengaruhi pasar modal Indonesia.
Baca Juga
"Pertama adalah pandemi Virus Corona sepanjang belum dihadapi penemuan vaksin yang efektif, ini belum akan bagus di market secara kencang," ujar Andry dalam sebuah diskusi online, Jakarta, Jumat (3/7).
Advertisement
Menurutnya, meskipun sudah ada pelonggaran dibeberapa titik tetap saja pasar gusar akan adanya gelombang kedua kenaikan pasien. "Walaupun sudah ada pelonggaran lockdown, PSBB di beberapa negara tetapi masih menjadi sentimen di market ke depan. Ini sudah terbukti beberapa waktu terakhir," jelasnya.
Faktor kedua yang mempengaruhi pasar modal Indonesia, kata Andry, adalah dalam jangka menengah memang ada sentimen yang berubah yaitu peningkatan utang di emerging market. Salah satunya akan menyebabkan adanya kenaikan suku bunga acuan dan itu menjadi risiko, tetapi market berharap ada recovery.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Faktor Ketiga dan Keempat
"Faktor ketiga, tidak menjadi dominan tetapi selalu menjadi perhatian seperti geopolitik, perang dagang. Kita misalnya melihat di tahun 2020 ini masih ada Donald Trump, Xi Jim Ping dan Kim Jong Un. Presiden-presiden unik yang bisa menggerakkan sentimen market. Tahun ini ada pemilu di AS dan ini akan menjadi sentimen baru," paparnya.
Faktor keempat yaitu ketidakmerataan PSBB di beberapa daerah. Di mana ada yang sudah dalam zona hijau dan merah dinamika ini menyedot banyak perhatian para investor baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Â
Advertisement
Faktor Kelima
"Kelima aliran modal asing masih bisa keluar. Aliran outflow dan inflow tergantung sentimen, karena secara fundamental hampir semua gelombang semua rise in buttom akan terjadi resesi. Tinggal harapannya bahwa 2021 market biasanya akan melihat akan ada pemulihan atau tidak. Tinggal berapa panjang," tandasnya.
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com