Wall Street Perkasa, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Tertinggi

Wall Street bergerak menghijau pada Senin karena jumlah kasus virus Corona baru terus menurun di AS.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Agu 2020, 06:16 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 06:05 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta Wall Street atau bursa saham di New York Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini karena adanya sentimen positif seputaran Corona.

Mengutip CNBC, Selasa (25/8/2020), Dow Jones Industrial Average melonjak 378,13 poin atau 1,4 persen dan ditutup di angka 28.308,46. Nasdaq Composite naik 0,6 persen menjadi 11.379,72 dan mencapai rekor tertinggi.

Indeks S&P 500 naik 1 persen menjadi 3.431,28 dan mencapai level tertinggi sepanjang masa. Pada perdagangan Senin juga menandai penutupan pertama S&P 500 di atas 3.400.

Saham Apple naik 1,2 persen dan memimpin penguatan saham-saham lain di sektor teknologi. Facebook naik 1,6 persen dan Amazon naik 0,7 persen. Untuk saham Alfabet menguat 0,6 persen.

Saham maskapai penerbangan dan operator kapal pesiar juga naik di tengah perkembangan pengobatan virus Corona yang positif.

United Airlines naik lebih dari 9 persen bersama dengan saham Amerika. Delta naik 9,3 persen. Saham Karnaval juga melonjak 10,2 persen.

Norwegian Cruise Line dan Royal Caribbean ditutup lebih tinggi masing-masing sebesar 7,6 persen dan 4,7 persen.

Wall Street bergerak menghijau pada Senin karena jumlah kasus virus Corona baru terus menurun di AS. Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins, sejak melonjak menjadi lebih dari 64 ribu kasus awal bulan ini, jumlah infeksi harian baru di AS belum mencapai 49 ribu.

"Saya melihat sesuatu yang menarik mungkin berkembang dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," kata kepala analis Global Advisors, Tom Lee dalam sebuah catatan.

"Saya pikir sangat mungkin bahwa kasus COVID-19 AS turun pada bulan September." kata dia.

“AS akan segera menjadi salah satu tempat teraman di dunia. Jika ini benar, modal juga akan masuk ke AS, yang berarti saham naik lebih lanjut, "tambah Lee. Hal ini tentu saja akan membawa Wall Street ke level yang jauh lebih tinggi lagi.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Trump Setuju Perawatan Plasma

Donald Trump Pakai Masker
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan masker saat menyusuri lorong dalam kunjungannya ke Pusat Kesehatan Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Sabtu (11/7/2020). Trump memakai masker untuk pertama kalinya di depan umum selama pandemi COVID-19. (AP Photo/Patrick Semansky)

Pada hari Minggu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau U.S. Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan izin untuk bisa penggunaan plasma darah untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

perawatan yang menggunakan plasma darah ini disumbangkan oleh orang-orang yang telah pulih dari virus Corona.

Presiden Donald Trump mengatakan pada konferensi pers hari Minggu bahwa pengobatan plasma menurunkan tingkat kematian hingga 35 persen.

Hasil studi oleh Mayo Clinic yang dikutip FDA menunjukkan bahwa pasien di bawah usia 80 tahun yang tidak menggunakan respirator dan menerima plasma dengan antibodi tingkat tinggi lebih mungkin untuk bertahan hidup 30 hari lagi dibandingkan dengan pasien yang menerima plasma dengan tingkat antibodi yang rendah.

Namun, penelitian tersebut mengakui bahwa temuannya terbatas, terutama karena tidak ada perbandingan plasebo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya