IHSG Babak Belur, BEI Tetap Buka Short Selling pada Februari 2021

Di tengah IHSG melemah, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tetap membuka kembali short selling pada Februari 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jan 2021, 20:18 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 20:18 WIB
Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berada pada zona merah pada perdagangan pekan ini. Pada perdagangan saham, Kamis (28/1/2021), IHSG ditutup pada level 5.975, merosot 2,12 persen.

Di tengah IHSG melemah, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tetap membuka kembali short selling pada Februari 2021. Sebelumnya transaksi ini dibekukan oleh BEI sejak 2 Maret 2020.

Short selling atau jual kosong merupakan aksi menjual saham tanpa memiliki saham perusahaan itu terlebih dahulu. Saham yang dijual akan dipinjamkan dulu oleh broker atau sekuritas, kemudian investor harus mengganti saham itu dengan membeli saham perusahaan yang telah dijual.

"Short sell selama sesuai peraturan (tidak naked short sell, sesuai dengan list marjin) akan diperbolehkan,” kata Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono W. Widodo kepada wartawan, Kamis (28/1/2021).

Kebijakan pembukaan kembali short selling ini merujuk pada kondisi pasar yang perlahan-lahan kembali ke era normal. DI sisi lain, Laksono mencatat transaksi short selling di BEI belum terlalu banyak, lantaran aktivitas pinjam-meminjam saham tersebut belum umum di BEI

BEI berencana melakukan beberapa penyesuaian. Hal ini merujuk pada pemulihan nilai dan volume transaksi saham di bursa. Pada bulan ini, rata-rata nilai transaksi harian bursa selama sepekan bertahan di atas level Rp 20 triliun. Sementara volume transaksi melonjak hingga lebih dari 30 miliar saham.

"Masih akan kita lihat dulu. Ini fenomena baru juga. Belum tahu apakah akan sustainable di level seperti di bulan Januari ini,” kata Laksono.

Ketentuan lebih lanjut, termasuk aturan untuk batasan auto reject, Laksono mengaku saat ini pihaknya tengah melakukan diskusi secara internal.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan IHSG pada 28 Januari 2021

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah di zona merah pada perdagangan saham Kamis, 28 Januari 2021. Bursa saham global melemah turut berdampak negatif ke IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG anjlok 2,12 persen ke posisi 5.979,38. Indeks saham LQ45 turun 2,35 persen ke posisi 940,52. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 427 saham melemah sehingga menekan IHSG. 118 saham diam di tempat dan 81 saham menguat. Pada perdagangan Kamis sore, IHSG sempat sentuh level tertinggi 6.123,46 dan terendah 5.957,55. Total frekuensi perdagangan 1.304.838 kali dengan volume perdagangan 16,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 16,2 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 51,18 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.091.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan,  ada sejumlah sentimen yang pengaruhi laju IHSG. Nafan menuturkan, kebijakan pemerintah dalam memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hingga 8 Februari 2021, dan kenaikan kasus COVID-19 berpotensi memberikan sentimen negatif bagi pasar.

Ia menambahkan, dinamika perkembangan COVID-19 global menyebabkan terjadinya kekhawatiran bagi para pelaku pasar. Selain itu, pernyataan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve yang dovish juga turut mempengaruhi pelemahan IHSG.

“Market menanti pengumuman pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat,” kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

Nafan menuturkan, tekanan terhadap IHSG masih wajar karena sentimen perkembangan COVID-19 masih pengaruhi pasar. Di sisi lain program vaksinasi COVID-19 sudah dan terus dilaksanakan. Selain itu, ia juga mengharapkan pemerintah dapat fokus terhadap program pemulihan ekonomi sehingga bisa menenangkan pasar. “Fokus terhadap program pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya