Pengamat: Investasi Saham Jangan karena Ikut-ikutan

Pengamat pasar modal Budi Frensidy menuturkan, pertumbuhan investor saham patut disyukuri.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jan 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2021, 08:00 WIB
Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah investor saham di pasar modal Indonesia meningkat. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah investor baru yang tercipta sepanjang 2020 tumbuh 53,47 persen dari total jumlah investor pada 2019.

Jumlah investor saham telah mencapai 1.695.268 single investor identification (SID) pada akhir 2020. Terdapat pertumbuhan sebanyak 590.658 SID jika dibandingkan dengan total jumlah investor saham pada akhir 2019 yang mencapai 1.104.610 SID.

Investor baru tersebut pun didominasi oleh generasi milenial dengan rentang usia 18-30 tahun yang mencapai 411.480 SID atau 70 persen dari total investor baru 2020.

Pengamat pasar modal Budi Frensidy menuturkan, pertumbuhan investor saham patut disyukuri. Hal ini membuat masyarakat semakin mengenal pasar modal terutama saham. Selain itu, pasar saham juga digerakkan oleh investor ritel dan bukan hanya institusi saja.

Akan tetapi, Budi mengingatkan agar regulator juga menekankan mengenai profil risiko investasi. Sosialisasi dan edukasi, menurut Budi perlu ditingkatkan agar masyarakat dan investor pemula memahami baik soal investasi terutama di pasar saham.

"Otoritas dan regulator harus ingatkan risiko investasi di saham. Bukan hanya soal return saja menarik, tetapi juga ingatkan risiko saham karena bisa saja dari satu hingga 10 saham yang dimiliki ada kerugian,” ujar dia.

Budi mengingatkan investasi saham berbeda dengan tabungan di bank. Hal ini mengingat dari profil risiko. Budi mengatakan, semakin besar untung diperoleh dari investasi maka risiko juga besar.

Oleh karena itu, ia mendorong agar masyarakat dan calon investor juga memahami mengenai investasi saham seperti membaca laporan keuangan perusahaan.

"Pasar modal itu tidak mengenal ampun. Investasi saham tidak seperti bank. Investasi saham itu tidak cukup hanya rekomendasi tetapi juga perlu melihat laporan keuangan. Tidak ada ampun di pasar modal," tutur dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Cermat Pilih Mentor

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Budi menuturkan, pertumbuhan investor saham patut disyukuri. Hal ini membuat masyarakat semakin mengenal pasar modal terutama saham. Selain itu, pasar saham juga digerakkan oleh investor ritel dan bukan hanya institusi saja.

Akan tetapi, Budi mengingatkan agar regulator juga menekankan mengenai profil risiko investasi. Sosialisasi dan edukasi, menurut Budi perlu ditingkatkan agar masyarakat dan investor pemula memahami baik soal investasi terutama di pasar saham.

“Otoritas dan regulator harus ingatkan risiko investasi di saham. Bukan hanya soal return saja menarik, tetapi juga ingatkan risiko saham karena bisa saja dari satu hingga 10 saham yang dimiliki ada kerugian,” ujar dia.

Selain itu, Budi mengingatkan masyarakat dan investor pemula tidak hanya sekadar ikut-ikutan investasi. Seseorang dan investor pemula harus punya tujuan investasi dan memiliki dana dingin.

“Jangan ikut-ikutan sehingga pakai dana pendidikan anak, dana pinjaman online dan kalau sudah nyangkut complain. Saham itu ada unsur prediksi, spekulasi kemungkinan salah. Investor yang sudah belajar, baca laporan keuangan dan fundamental perusahaan bisa salah, apalagi yang hanya ikut-ikutan bisa menyangkut,” kata dia.

Budi juga mengingatkan masyarakat dan investor pemula untuk hati-hati memilih mentor. Hal ini seiring maraknya video di aplikasi video dan influencer yang mengumbar soal rekomendasi saham.

“Hati-hati memilih mentor dan ikuti rekomendasi. Saat ini ramai video di youtube seperti memprovokasi dan tidak bersifat edukasi untuk merekomendasikan saham. Orang-orang ini merekomendasikan saham tanpa alasan yang jelas. Padahal orang ini bisa saja punya kepentingan karena sudah beli saham itu, dan mengajak orang lain beli saham sehingga ketika harga sahamnya sudah naik dijual,” ujar dia.

Oleh karena itu, Budi mengingatkan pihak yang memberikan rekomendasi saham juga harus memberitahukan apakah sudah membeli saham tersebut dan harga pembelian saham. “Ini agar tidak ada conflict interest,” tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya