Paket Stimulus Joe Biden hingga Program Vaksinasi COVID-10 Bayangi Bursa Saham

Pengamat pasar modal Hans Kwee menuturkan, sejumlah sentimen global seperti paket stimulus Joe Biden hingga program vaksinasi COVID-19 bayangi bursa saham.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 08 Agu 2021, 23:29 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 08:00 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada pekan ini. Sejumlah sentimen global, salah satunya paket stimulus Joe Biden dan domestik akan pengaruhi bursa saham termasuk IHSG.

Pengamat pasar modal Hans Kwee menuturkan, IHSG akan bergerak di kisaran 5.563-5.700 dan resistance 6.068-6.154 selama sepekan.

Hans mengatakan, IHSG berpotensi kembali koreksi pada awal pekan ini dan berpotensi rebound pada akhir pekan. Masih banyak berita negatif sehingga mendorong bursa saham dapat kembali koreksi di awal pekan ini.

“Penurunan harga saham banyak mendorong terjadinya forced sell yang dilakukan perusahaan sekuritas untuk mengurangi posisi margin nasabah ritel juga menjadi pemberat pasar,” kata dia.

Hans menambahkan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dinilai tidak efektif akan menjadi sentimen negatif ke paar saham. Hans menuturkan, PPKM dikabarkan akan diperketat. Melihat kondisi tersebut Hans merekomendasikan pelaku pasar untuk wait and see dahulu.

Hans menyampaikan sejumlah sentimen yang pengaruhi laju IHSG. Salah satunya rencana stimulus Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Pelaku pasar awalnya berharap awal Februari 2021 stimulus fiskal AS yang diusulkan Biden sudah dapat disetujui. Akan tetapi, saat ini Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan terbuka untuk menyusun ulang proposal bantuan Covid-19 senilai USD1,9 triliun karena pemerintah mengejar kesepakatan.

Memang ada peluang menempuh jalur khusus dengan pengambilan suara dan mengandalkan suara Partai Demokrat. Politisi dari Partai Republik dari awal telah menolak jumlah stimulus fiskal usulan Biden karena menilainya terlalu besar dan terlalu cepat setelah paket senilai USD900 miliar bulan lalu.

"Dikabarkan beberapa anggota parlemen Partai Demokrat ikut mempertanyakan dasar dari besaran yang diajukan. Hal ini membuat potensi tertundanya paket stimulus fiskal Biden empat sampai enam pekan ke depan. Ini menjadi salah satu sentimen negatif di pasar. Perkembangan stimulus fiskal akan sangat dicermati pelaku pasar," ujar Hans.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

GameStop dan Ekonomi AS Bakal Dicermati

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lalu, persaingan investor ritel vs hedge fund menjadi hiruk pikuk di pasar Wall Street seminggu terakhir. Investor ritel yang terorganisir melalui forum online Reddit, telah memaksa hedge fund membalikkan posisi short dan menderita kerugian.

Hedge fund yang menderita kerugian terpaksa mengurangi kepemilikan ekuitasnya untuk mengumpulkan dana tunai. Inilah yang membuat tekanan jual pada bursa Wall Street.

Beberapa saham seperti GameStop dan AMC Entertainment telah naik tajam dalam waktu pendek dan menjauhi nilai fundamentalnya. Saham ini dianggap naik tidak masuk akal akibat aksi beli investor ritel.

"Panasnya persaingan investor ritel dan hedge fund berpotensi menyebabkan pasar saham AS menjadi lebih berfluktuasi dan cenderung tertekan turun,” kata Hans.

Ekonomi Amerika pada kuartal empat tahun 2020 tercatat tumbuh 4 persen. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan kuartal tiga yang tumbuh 33.4 persen. Data pertumbuhan ini sedikit di bawah ekspektasi Wall Street di level 4.3 persen.

Dengan pertumbuhan tersebut, sepanjang 2020 ekonomi Amerika terkontraksi -3.5 persen. Kontraksi perekonomian Amerika Serikat merupakan yang tertajam sejak Perang Dunia Kedua.

Ekonomi 2020, dipengaruhi pandemi COVID-19 yang menghancurkan bisnis jasa, seperti restoran dan maskapai penerbangan. Pandemi COVID-19 juga membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.

Solusi yang diberikan IMF adalah mendorong negara maju untuk memiliki tingkat utang publik yang jauh lebih tinggi setelah krisis pandemi COVID-19. Kepastian kebijakan fiskal AS menjadi sangat penting bagai perekonomian dan pasar saham.

 

 

The Fed Pertahankan Suku Bunga

Tiupan Terompet Warnai Penutupan IHSG 2018
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di Kantor BEI, Jakarta, Jumat (28/12). Presiden Joko Widodo atau Jokowi menutup langsung perdagangan IHSG 2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25 persen.

The Fed berkomitmen tetap menjalankan program pembelian obligasi (quantitative easing) sampai ekonomi dan pasar tenaga kerja betul-betul pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Saat ini, The Fed membeli obligasi pemerintah AS sebanyak USD80 miliar per bulan dan aset beragun kredit properti (mortgage-based securities) USD40 miliar. The Fed tidak memberikan indikasi akan dilakukan tapering atau pengurangan quantitative easing.

The Fed memberikan komentar outlook ekonomi yang suram karena perlambatan pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi sangat tergantung pada peluncuran vaksin, tetapi saat ini pelaksanaan vaksin COVID-19 terlihat lambat di berbagai negara. Hal ini yang menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan.

Program Vaksinasi COVID-19

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Masalah vaksin menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar. Terlihat ada masalah pasokan vaksin di Uni Eropa. Otoritas pengawasan obat Eropa telah menyetujui vaksin hasil kerja sama AstraZeneca dan Oxford University's untuk penduduk berusia 18 tahun. Ini merupakan vaksin ketiga yang akan diizinkan untuk digunakan di Eropa selain Pfizer dan Moderna.

Saat ini Eropa sangat membutuhkan lebih banyak vaksin untuk mempercepat program vaksinasinya. Akan tetapi, AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna menghadapi kesulitan mengirimkan vaksin ke Uni Eropa.

Masalah pasokan dan distribusi vaksin covid 19 mungkin akan terjadi di banyak negara. Masalah ini membuat Vaksin mungkin tidak akan efektif dalam dua sampai tiga bulan ke depan. Hal ini memaksa banyak negara melakukan lockdown ketat untuk mencegah penularan virus COVID- 19 yang berpotensi merusak pemulihan ekonomi yang sedang terjadi.

Vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson efektif 72 persen dalam mencegah COVID-19 di Amerika Serikat.Akan tetapi, hanya 66 persen efektif dalam uji klinis global yang dilakukan di tiga benua dan terhadap berbagai varian baru Covid-19.

Hasil ini mengecewakan dan mebuat pasar Wall Street tertekan turun. Ada banyak harapan untuk vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson untuk menghadapi pandemic COVID-19.

Di sisi lain perusahaan bioteknologi Novavax yang bermarkas di Gaithersburg, Maryland, AS, melaporkan bahwa vaksin virus covid 19 produksinya efektif 89,3  persen dalam mencegah Covid-19 dalam uji klinis fase tiga yang dilakukan di Inggris.

Hasil ini memang lebih rendah dibandingkan dengan dua vaksin corona dari Pfizer/BioNTech dan Moderna, yang efekstif 95 persen dan 94,5 persen dalam mencegah gejala penyakit dalam uji klinis yang diberikan dalam dua dosis. Perkembangan vaksin sangat mempengaruhi pasar keuangan global. 

 

IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lalu International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021. Dalam World Economic Outlook Update: January 2021, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021sebesar 4,8 persen.

Proyeksi ini lebih rendah 1,3 persen bila dibandingkan dengan estimasi IMF pada Oktober 2020 yang memperkirakan ekonom Indonesia dapat tumbuh 6,1 persen. Bank Dunia juga merevisi turun 0,2 persen pertumbuhan PDB RI pada 2021 menjadi 4,4 persen .

"Kami pikir revisi turun pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 akan dialami banyak negara, akibat naiknya kasus covid 19,” ujar dia.

Vaksin nampaknya butuh 2 sampai 3 bulan baru efektif sehingga memaksa banyak negara melakukan pembatasan sosial yang ketat. Hal ini berdampak pada turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan.

Pelaksanaan vaksin COVID- 19 terlihat lebih lambat dari target. Saat ini ada 250.000 nakes telah divaksin dari target 1,3 juta nakes. Jumlah pelaksanaan vaksin harian 50.000 orang perhari dibawah target 900.000 orang per hari.

Bila pemerintah mengejar target 70  persen populasi di vaksin Covid 19 untuk membentuk herd immunity dalam satu tahun, maka minimal 518 ribu orang divaksin per hari di seluruh Indonesia.

Hans menuturkan, ketersediaan vaksin dan distribusi di negara kepulauan seperti Indonesia tentu akan menjadi masalah.

"Harusnya pihak swasta dilibatkan dalam program vaksin Nasional untuk mempercepat dan mengurangi beban pemerintah. Apalagi kasus COVID-19 di Indonesia terlihat masih terus naik dan pekan lalu berhasil menembus angka 1 juta," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya