Liputan6.com, Jakarta - Coca-Cola Co., dikabarkan berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Afrika untuk bisnis pembotolannya. Hal ini mempertimbangkan peningkatan penjualan lini bisnis di negara tersebut.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (2/4/2021), Raksasa minuman ringan itu memegang 66,5 persen Coca-Cola Beverages Afrika. Hal itu berdasarkan sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Baca Juga
Melalui IPO, perusahaan asal Amerika Serikat ini berharap dapat memberikan nilai pada lini bisnis di Afrika sekitar USD 6 miliar. Angka tersebut masih bisa berubah tergantung tingkat dan minatnya pembeli.
Advertisement
Coca-Cola awalnya mencoba melepas sahamnya pada 2017. Hal ini menarik minat beberapa perusahaan seperti Heineken N.V. dan Coca-Cola HBC A.G.
Saat ini, Bisnis Coca-Cola Beverages Afrika melayani di 13 negara termasuk Kenya, Ethiopia dan Ghana. Pendapatan dari Coca-Cola Afrika menyumbang sekitar 40 persen dari perusahaan minuman yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat.
Terkait dengan rencananya bisnis untuk Coca-Cola Afrika, Manajemen Coca-Cola memulai untuk menyelesaikan kesepakatan dari awal tahun ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepemilikan saham lokal di unit pembotolan Afrika Selatan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Coca Cola Jajal Botol Kertas Buatan Denmark
Sebelumnya, perusahaan induk minuman ringan populer Coca-Cola Company dilaporkan tengah menguji botol kertas sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menghilangkan kemasan plastik dari seluruh lini produk mereka sepenuhnya.
Prototipe botol kertas itu dibuat oleh perusahaan Denmark, berbahan cangkang kertas ekstra kuat sebagai komposisi dominan, disokong dengan sedikit lapisan plastik tipis, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu, 13 Februari 2021.
Tujuan perusahaan minuman ringan asal Amerika Serikat itu adalah untuk menciptakan botol yang 100% dapat didaur ulang dan bebas plastik.
Perancang botol kertas itu diharuskan mampu membuat kemasan yang bisa mencegah gas melarikan diri dari lini produk minuman berkarbonasi Coca-Cola, juga harus memastikan tidak ada serat yang terkelupas ke dalam cairan.
Hal lain yang diperhatikan adalah potensi risiko mengubah rasa minuman -atau berpotensi melanggar standar pemeriksaan kesehatan dan keselamatan.
Tapi raksasa industri mendukung rencana itu. Coca-Cola, misalnya, telah menetapkan tujuan untuk menghasilkan nol limbah pada tahun 2030.
Coca-Cola menduduki peringkat polusi plastik nomor satu di dunia, menurut kelompok amal Break Free From Plastic tahun lalu, diikuti oleh produsen minuman lain Pepsi dan Nestle.
Advertisement
Paboco
Perusahaan botol kertas Paboco adalah perusahaan Denmark di balik pengembangan wadah berbasis kertas.
Bagian dari tantangan telah menciptakan struktur yang mampu menahan kekuatan yang diberikan oleh minuman berkarbonasi --seperti cola dan bir-- yang dibotolkan dengan mengandung gas bertekanan.
Selain itu, kertas harus dapat dicetak, untuk membuat bentuk dan ukuran botol yang berbeda untuk lini produk yang berbeda, dan mampu menyerap tinta untuk mencetak label mereka.
Setelah lebih dari tujuh tahun bekerja di laboratorium, perusahaan sekarang siap untuk menjadi tuan rumah uji coba di Hongaria musim panas ini dari minuman buah Coca-Cola Company; Adez. Awalnya, ini akan melibatkan 2.000 botol yang didistribusikan melalui rantai ritel lokal.
Paboco juga merangkul perusahaan lain.
Absolut, pembuat vodka, turut menguji 2.000 botol kertas itu sendiri di Inggris dan Swedia, untuk lini produk minuman raspberry mix (beralkohol) dan berkarbonasi.
Dan perusahaan bir Carlsberg juga sedang membangun prototipe botol bir kertas.
Michael Michelsen, manajer komersial perusahaan, mengatakan botol-botol itu terbentuk dari sepotong bahan berbasis serat kertas untuk memberi mereka kekuatan.
"Itu bagian dari rahasia," jelasnya, menambahkan bahwa cetakan satu objek - daripada mengandalkan gabungan - memastikan ikatan antara serat tetap kuat.
"Dengan kombinasi desain produk yang cerdas dan campuran serat yang kuat, itulah yang membuatnya benar-benar mungkin untuk tidak pecah di bawah tekanan."
Uji coba Coca-Cola dan Absolut akan menjadi ujian dunia nyata pertama apakah teknologi ini berpegang pada logistik transportasi makanan yang penuh dengan tuntutan fisik bagi kekuatan dan ketahanan kemasan suatu produk makanan/minuman.