OJK Sebut Pasar Saham Mulai Pulih, tapi Potensi Koreksi Sangat Terbuka

Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus infeksi Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020, tekanan pada pasar saham sangat signifikan di kuartal I 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Apr 2021, 14:09 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2021, 14:09 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yunita Linda Sari mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai masuk tren bullish pada periode November 2020 pasca hasil pilpres AS yang dimenangkan Joe Biden yang mampu mendorong sentimen positif ke bursa global.

"Meskipun menguat, namun belum flattening. Kasus baru covid-19 di Indonesia masih dapat berpotensi menimbulkan shock bagi pergerakan pasar ke depan meskipun koreksi yang akan terjadi di pasar saham masih wajar," kata Yunita, Minggu (11/4/2021).

Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus infeksi Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020, tekanan pada pasar saham sangat signifikan di kuartal I 2020.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 2020 dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi yang paling dominan adalah akibat dampak pandemi Covid-19.

"Karena pandemi tidak hanya mengancam aspek kesehatan masyarakat, namun juga aspek ekonomi dan sosial masyarakat," ujarnya.

pandemi Covid-19 menimbulkan guncangan ekonomi yang mengarah pada resesi global. Berbagai kebijakan yang dilakukan masing-masing negara untuk menekan penyebaran Covid-19, seperti penutupan beberapa kegiatanbisnis, pembatasan sosial berskala besar, bahkan penutupan suatu wilayah (lock down) mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi.

Bahkan, kondisi IHSG per 8 April 2021 ditutup di level 6,071.72 dengan tren ytd 2021 1,55 persen. "Menguji kenaikan level di atas level 6000," katanya.

Adapun kapitalis pasar saham pada 30 Desember 2019 mencapai Rp 7.265 triliun, namun per 24 Mar 2020 hanya sebesar Rp 4.556,3 trilun. Kendati mengalami penurunan -37,28 persen, tapi kini kapitalis pasar saham sudah mengalami perkembangan ke arah yang cukup baik.

Hal itu terlihat dari update OJK terkait kapitalis pasar saham per 30 Desember 2020 mencapai Rp 6.968,94 triliun dan per 8 April 2021 kapitalis pasar saham sudah Rp 7.173,15 triliun, dimana secara Year to Date mengalami kenaikan sebesar 2,93 persen.

Reporter: Tira Santia

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jurus OJK Atasi Fenomena Pompom Saham

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya menanggulangi maraknya fenomena influencer yang kerap merekomendasikan untuk membeli saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fenomena tersebut dikenal dengan istilah pom-pom saham oleh sebagian kalangan masyarakat Indonesia. 

"Kita tetap sama ya, penanggulangan kita terhadap pom-pom tadi ya dengan yang mewartakan pasar modal," ucap Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yunita Linda Sari dalam acara Pelatihan dan Media Gathering di Bali, Jumat (9/4/2021).

 

Dia menjelaskan, komitmen untuk menanggulangi fenomena pom-pom saham itu lantaran berisiko memberikan informasi keliru terkait saham-saham yang ditawarkan kepada publik. Walaupun, dia meyakini pada dasarnya influencer tersebut mempunyai maksud baik mengajak minat masyarakat luas  untuk ikut investasi di pasar modal Indonesia. 

"Di satu sisi mereka (influencer) jadi menarik minat (masyarakat). Di sisi lain risikonya memang kalau salah menginformasikan (saham-saham) yang disampaikan, nah ini," ungkapnya. 

Oleh karena itu, dia menyebut, OJK bersama stakeholders terkait lainnya akan terus berupaya membekali pengetahuan influencer dengan informasi yang memadai terkait pasar modal di tanah air. Sehingga kegiatan penawaran saham yang disampaikan kepada publik bisa di pertanggungjawabkan.

"Jadi, dalam tahapan ini (OJK) akan merangkul bersama (stakeholders) untuk edukasi dan literasi," ujar dia.

Jurus OJK

Dia bilang, saat ini, OJK telah mempunyai dua resep jitu untuk menanggulangi fenomena pom-pom saham itu. Pertama, yakni dengan meningkatkan kerja sama bersama Bursa Efek Indonesia hingga Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal untuk kegiatan sosialisasi informasi yang benar terkait penawaran saham kepada publik. 

"Seperti pelatihan pengetahuan dasar. Supaya jangan misinformasi," contohnya. 

Kedua, pihaknya bersama Self Regulatory Organization (SRO) pasar modal akan memberdayakan kantor-kantor perwakilan OJK di daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan sosialisasi maupun pelatihan untuk membekali para influencer dengan informasi yang benar penawaran saham. Dengan demikian informasi yang disampaikan bida lebih dipertanggungjawabkan. 

"Jadi, intinya kita akan merangkul (influencer). Kita coba arahkan," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya