Liputan6.com, Jakarta - Mengalami peningkatan signifikan kasus COVID-19, ekspor yang dilakukan ke India menjadi perhatian beberapa perusahaan, tak terkecuali emiten batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Meski demikian, PT Adaro Energy Tbk menegaskan bila pihaknya akan tetap memenuhi kebutuhan konsumen sesuai kontrak yang telah dilakukan, termasuk untuk ekspor.
"Adaro telah memiliki kontrak dengan para customer dan akan memenuhi kebutuhan sesuai kontrak," kata Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira kepada Liputan6.com, Kamis (6/5/2021).
Advertisement
Wanita yang akrab disapa Ira ini juga menjelaskan, perseroan memiliki keyakinan ada peningkatan batu bara dari sisi fundamental hingga beberapa tahun ke depan.
Baca Juga
"Walau terus menghadapi tantangan untuk beberapa tahun ke depan, kami tetap yakin bahwa fundamental sektor batubara dan energi di jangka panjang tetap kokoh terutama kepada dukungan aktivitas pembangunan di negara-negara Asia," ujarnya.
Khusus India, distribusi yang dilakukan Adaro Energy pada kuartal I 2021 mencapai 10 persen dari total penjualan perusahaan secara keseluruhan.
"Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Target Produksi Batu Bara pada 2021
Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menargetkan produksi batu bara 52-54 juta ton pada 2021.
Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy Tbk, Mahardika Putranto menuturkan, perseroan terus berupaya mempertahankan keunggulan operasional, meningkatkan efisiensi, menjaga marjin yang sehat. Selain itu, memberikan pasokan yang andal bagi para pelanggan.
Perseroan menargetkan produksi batu bara 52 juta ton-54 juta ton pada 2021. Pada 2020, perseroan memproduksi 54,53 juta ton batu bara. Produksi batu bara itu turun enam persen secara year on year (YoY) dan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan sebesar 52-54 juta ton.
Sedangkan penjualan batu bara turun sembilan persen secara year on year (YoY) menjadi 54,14 juta ton pada 2020.
Selain itu, nisbah kupas atau stripping ratio sebesar 4,8 kali. Angka nisbah kupas ini lebih tinggi dari 2020 mencapai 3,84 kali lebih rendah dari panduan yang ditetapkan sebesar 4,3 kali. Hal ini akibat cuaca kurang baik hampir sepanjang 2020.
Lalu earning before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) operasional pada 2021 mencapai USD 750 juta-USD 900 juta.
"Belanja modal USD 200 juta-USD 300 juta,” ujar Mahardika dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 17 Februari 2021.
Advertisement