China Resmi Larang Penggunaan Mata Uang Kripto

Bank sentral China mengatakan mata uang digital tidak dapat digunakan di pasar China

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 19 Mei 2021, 11:14 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2021, 11:14 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin dan cryptocurrency atau mata uang kripto utama lainnya mengalami penurunan harga setelah  People's Bank of China menegaskan, mata uang digital tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

Seperti dilansir Yahoo Finance, Rabu (19/5/2021), bitcoin kembali turun 2,3 persen menjadi USD 42.309 pada awal perdagangan Asia, hari ini. Bukan pertama kali terjadi, penurunan ini melanjutkan  komentar Elon Musk tentang kepemilikan mata uang digital minggu lalu.

"Ini adalah babak terbaru dari China yang memperketat batasan seputar crypto," kata Antoni Trenchev, mitra pengelola dan salah satu pendiri Nexo di London.

Mata uang virtual tidak bisa digunakan di pasar China karena bukan mata uang nyata, menurut akun WeChat resmi PBOC. Lembaga keuangan dan pembayaran tidak diizinkan untuk memberi harga produk atau layanan dengan mata uang virtual, lanjut pemberitahuan itu.

"Mereka hanya ingin berhati-hati. Mereka merasa pasar terlalu bersemangat, ada perdagangan spekulatif, mereka mencari kepentingan terbaik," ujar Bobby Lee, pendiri dan kepala eksekutif penyedia penyimpanan crypto.

Beijing telah membatasi perdagangan mata uang virtual sejak 2017. Hal ini memaksa maayarakatnya untuk melakukan pertukaran di luar negeri. Sebab, negara ini pernah menjadi rumah bagi sekitar 90 perdagangan, namun  sebagian besar pemain melarikan diri ke luar negeri.

China baru-baru ini mengambil langkah untuk mengeluarkan yuan digitalnya sendiri, ini sebagai langkah penggantian uang tunai dan mempertahankan kendali atas lanskap pembayaran yang semakin didominasi oleh perusahaan teknologi.

"Tidak mengherankan bagi saya, karena kontrol modal Tiongkok dapat ditantang oleh pembelian cryptocurrency di dalam negeri dan transfer ke luar negeri. Jadi menghindari penggunaannya di negara ini penting untuk menjaga kontrol modal. Satu-satunya mata uang digital yang dapat ditoleransi bagi pemerintah dengan kontrol modal yang kuat adalah CBDC mereka sendiri," ujar Adam Reynolds, CEO APAC

 

  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Peniru Elon Musk Gondol Rp 28,57 Miliar dari Penipuan Uang Kripto

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, impersonator atau peniru CEO Tesla Elon Musk telah mencuri setidaknya USD 2 juta atau sekitar Rp 28,56 miliar (asumsi kurs Rp 14.284 per dolar Amerika Serikat) dari investor mata uang kripto berkedok ‘giveaway’. Hal ini diungkapkan oleh Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC).

Dilansir dari CNBC, Selasa (18/5/2021), dalam aksi tersebut, penipu berperan sebagai selebritas atau tokoh terkenal di dunia kripto. Mereka berjanji untuk ‘melipatgandakan’ mata uang kripto yang ditempatkan investor. Namun, penipu ini malah mengantonginya sendiri.

Menurut data yang diterbitkan Senin oleh FTC, penipuan kripto telah melonjak sejak Oktober, mencapai level tertinggi dalam rekor pada kuartal I-2021. 

Musk, CEO Tesla, telah menjadi pendukung besar mata uang kripto. Dalam pengajuan SEC (Securities and Exchange Commission) pada Februari 2021, Tesla mengungkapkan mereka membeli bitcoin senilai USD 1,5 miliar. Pada Maret, Musk mengatakan Tesla akan menerima bitcoin untuk pembelian kendaraan. Hingga kemudian Musk meralatnya karena masalah lingkungan.

Perusahaan Elon Musk, SpaceX, juga baru-baru ini mengatakan akan menerima dogecoin sebagai pembayaran penuh untuk penerbangan ke bulan pada kuartal pertama tahun depan. Dia juga menyebut dirinya sendiri sebagai ‘dogefather’.

Kenaikan Bitcoin mungkin telah menarik investor baru. Namun, alih alih untung, investor baru justru buntung lantaran tergiur dengan tawaran ‘penipu’. Menurut data FTC, hampir 7 ribu orang melaporkan investasi kripto palsu dari Oktober hingga Maret dan kehilangan total lebih dari USD 80 juta.

Ini bukan pertama kalinya nama Musk dieksploitasi oleh penipu. Pada 2020, penipu kripto menargetkan Twitter dan mengambil alih akun tokoh terkenal di situs jejaring sosial, termasuk akun Musk. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, para scammer menghasilkan setidaknya USD 121.000 dalam bitcoin dari upaya peretasan itu.

Bukan hanya Musk, bahkan penipu ini diketahui sering meniru otoritas pemerintah atau bisnis terkenal. Investor juga telah diarahkan pada situs web palsu yang terlihat seperti peluang untuk berinvestasi atau menambang mata uang kripto.

Mereka biasanya menawarkan beberapa tingkatan investasi, menjanjikan pengembalian yang lebih besar dengan lebih banyak uang yang dimasukkan. Situs semacam itu umumnya menggunakan testimonial palsu dan jargon cryptocurrency agar terlihat kredibel.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya