Bursa Saham Asia Beragam Imbas Wall Street yang Lesu

Bursa saham Asia cenderung bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 10 Juni 2021 mengikuti gerak wall street.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 03 Agu 2021, 10:13 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 08:42 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik sedikit berubah pada perdagangan saham Kamis pagi, (10/6/2021) setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah.

Di Jepang, indeks saham Nikkei 225 menguat. Indeks saham Topix melemah 0,1 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,1 persen. Sementara itu, indeks ASX 200 melemah. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang cenderung mendatar.

Di wall street, indeks saham Dow Jones melemah 152,68 poin ke posisi 34.447,14. Indeks saham S&P 500 tergelincir 0,18 persen ke posisi 4.219,55. Indeks saham Nasdaq susut 0,1 persen ke posisi 13.922,75. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis (10/6/2021).

Pergerakan wall street yang melemah ini jelang data inflasi AS. Data inflasi akan diumumkan pada Kamis waktu setempat. Diharapkan inflasi mencapai 4,7 persen.

Indeks dolar AS berada di posisi 90,14. Level tersebut meningkat dari posisi sebelumnya 90. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 109,65 per dolar AS.

Di sisi lain, harga minyak melemah pada jam perdagangan Asia. Harga minyak Brent melemah 0,22 persen ke posisi USD 72,09 per barel. Harga minyak berjangka AS melemah 0,29 persen ke posisi USD 69,76 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Wall Street Merosot pada Juni 2021

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 9 Juni 2021 seiring pelaku pasar berjuang untuk keluar dari posisi yang ketat.Pelaku pasar menanti data inflasi Mei 2021.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 152,68 poin atau 0,4 persen menjadi 34.447,15. Indeks Dow Jones mencatat koreksi selama tiga hari berturut-turut. Indeks S&P 500 melemah 0,2 persen menjadi 4.219,55 di bawah posisi tertinggi intraday pada 7 Mei 2021. Indeks Nasdaq merosot 0,1 persen menjadi 13.911,75.

Sektor industri dan keuangan mencatat penurunan terbesar di antara 11 sektor saham S&P 500 sehingga menekan bursa saham.  Kenaikan saham meme berlanjut pada perdagangan Rabu, 9 Juni 2021.

Kali ini kenaikan dialami saham Clean Energy Fuels yang naik lebih dari 31 persen. Saham Clover Health mendaki lebih dari 85 persen pada sesi sebelumnya, dan turun 23 persen pada perdagangan Rabu waktu setempat.

Namun, banyak orang di wall street percaya saham meme terbaru harus tetap berisi beberapa nama, tidak seperti hiruk pikuk perdagangan GameStop pada Januari yang berdampak ke pasar yang lebih luas.

"Melihat rendahnya risiko penularan yang luas, kami melihat dampak dari tekanan singkat baru-baru ini adalah terbatas,” ujar Global Head of Equity Derivatives Barclays, Maneesh Deshpande dalam catatannya dilansir dari CNBC, Kamis, 10 Juni 2021.

Di sisi lain, investor menanti rilis data inflasi Mei 2021 untuk mengukur apakah tekanan harga yang lebih tinggi hanya bersifat sementara. Hal ini lantaran ekonomi terus pulih dari resesi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

"Saham sebagian besar telah terjebak dalam kisaran yang mendatar sejak pertengahan April dan sepertinya tidak akan pecah dalam waktu dekat. Investor ingin melihat bagaimana tekanan harga yang panas atau inflasi dan seberapa banyak penurunan saham terjadi setelah tamper tantrum the Fed dimulai," ujar Analis Oanda, Edward Moya.

Indeks harga konsumen atau the consumer price index (CPI) pada Mei akan dirilis pada Kamis pekan ini. Ekonom mengharapkan CPI naik 4,7 persen dari tahun sebelumnya, menurut Dow Jones. Pada April, CPI meningkat 4,2 persen secara tahunan, dan alami kenaikan tercepat sejak 2008.

Dari sisi data, lowongan pekerjaan pada April 2021 melonjak ke rekor tertinggi baru dengan 9,3 juta lowongan di tengah pemulihan ekonomi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya