Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin, (21/6/2021). Kenaikan kasus COVID-19 dan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menekan laju IHSG.
Pada penutupan perdagangan, IHSG melemah 0,18 persen ke posisi 5.996,25. Dengan IHSG melemah tersebut mendorong laju IHSG hanya naik 0,29 persen secara year to date (ytd).
Indeks saham LQ45 susut 0,49 persen ke posisi 858,93. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.
Advertisement
Sebanyak 345 saham melemah sehingga menekan IHSG. 177 saham menguat dan 117 saham diam di tempat. Pada awal pekan, IHSG sempat berada di posisi tertinggi 6.021,49 dan terendah 5.884,91. Total frekuensi perdagangan saham 1.217.470 kali dengan volume perdagangan 19,5 miliar saham.
Baca Juga
Nilai transaksi harian saham Rp 13,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 2,12 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.460.
Sebagian besar indeks sektor saham melemah. Sektor saham IDXHealth naik 8,9 persen bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham IDXTrans naik 1,15 persen dan sektor saham noncyclical menguat 0,61 persen.
Sektor saham IDXIndustry melemah 1,61 persen, dan bukukan penurunan terbesar. IDXProperty merosot 1,54 persen dan IDXEnergy susut 1,14 persen.
Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma menuturkan, kasus COVID-19 yang melonjak di Indonesia menekan laju IHSG. Satuan Tugas (Satgas) kembali melaporkan penambahan kasus COVID-19 akibat COVID-19 di Indonesia. Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street ditutup tertekan pada Jumat, 18 Juni 2021.
"Terutama kasus COVID-19 yang melonjak,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin pekan ini.
Pada Senin, 21 Juni 2021, terdapat penambahan 14.536 orang dinyatakan positif COVID-19. Sementara itu, pasien sembuh dari COVID-19 ada tambahan 9.233 orang. Di sisi lain, kasus meninggal dunia karena COVID-19 bertambah 294 orang.
Untuk menekan laju penyebaran COVID-19, pemerintah memutuskan pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang diberlakukan pada 22 Juni-5 Juli 2021.
Suria menuturkan, setiap ada pengetatan PPKM Mikro menjadi sentimen negatif ke bursa saham. Pengetatan PPKM mikro ini tidak bisa dihindari seiring kasus COVID-19 yang naik. "Di sisi lain berarti memperlambat pemulihan ekonomi,” kata dia.
Selain itu, pengetatan PPKM Mikro menekan emiten yang berhubungan dengan ritel dan mal. "Tapi sebaliknya memberikan sentimen positif ke farmasi dan rumah sakit,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Top Gainers dan Losers
Saham-saham yang masuk top gainers:
-Saham SDPC naik 34,59 persen
-Saham BIKA naik 34,46 persen
-Saham SRAJ naik 34,16 persen
-Saham LMAS naik 34,02 persen
-Saham SCNP naik 25 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
-Saham MGLV melemah 7,95 persen
-Saham CASH melemah 7,14 persen
-Saham PORT melemah 7 persen
-Saham HITS melemah 7 persen
-Saham SAMF melemah 6,98 persen
Advertisement
Aksi Investor Asing
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:
-Saham BBRI senilai Rp 81,1 miliar
-Saham BBNI senilai Rp 68,7 miliar
-Saham BMRI senilai Rp 63,2 miliar
-Saham UNVR senilai Rp 37,5 miliar
-Saham TLKM senilai Rp 30,9 miliar
Saham-saham yang dijual investor asing:
-Saham BBCA senilai Rp 125,7 miliar
-Saham BFIN senilai Rp 62,3 miliar
-Saham ASII senilai Rp 53,3 miliar
-Saham MIKA senilai Rp 39,6 miliar
-Saham UNTR senilai Rp 26,2 miliar
Bursa Saham Asia
Sebagian besar bursa saham Asia tertekan. Indeks saham Shanghai naik 0,12 persen. Indeks saham Hang Seng melemah 1,08 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,83 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 3,29 persen, indeks saham Thailand melemah 0,71 persen, indeks saham Singapura tergelincir 0,87 persen dan indeks saham Taiwan susut 1,48 persen.
Advertisement