Kapitalisasi Pasar Saham Bank Jago Sentuh Rp 230 Triliun, Salip ASII

Bank Jago (ARTO) adi bank terbesar ke-empat berdasarkan kapitalisasi pasar di BEI.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Agu 2021, 07:36 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2021, 20:04 WIB
IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) tetap bertahan di posisi lima dari 10 emiten kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 6 Agustus 2021. Dengan harga saham yang meningkat mendorong Bank Jago mencatat kapitalisasi pasar Rp 230 triliun.

Dengan demikian, Bank Jago jadi bank terbesar ke-empat berdasarkan kapitalisasi pasar di BEI.Demikian mengutip data BEI, Sabtu (7/8/2021).

Pada posisi pertama, ada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatat kapitalisasi pasar Rp 752 triliun. Posisi dua dipegang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi pasar Rp 480 triliun. Kemudian posisi tiga ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan kapitalisasi pasar Rp 276 triliun.

Saham ARTO naik 2,91 persen pada penutupan perdagangan kemarin ke posisi Rp 16.800 per saham. Hal itu membuat kapitalisasi pasar saham Bank Jago sentuh Rp 230 triliun.

Kapitalisasi pasar saham ini merupakan nilai pasar emiten yang dihitung dengan harga saham dikalikan jumlah saham beredar di publik.  Kapitalisasi pasar saham ini juga dapat berubah tergantung gerak harga saham.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Saham ARTO Menguat Sejak 2019

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Saham ARTO terus meroket sejak bankir Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Wealth Track Technology Limited akuisisi saham yang dulu disebut Bank Artos (ARTO) pada 2019.

Saat itu, PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) membeli 454.153.125 saham atau setara 37,65 persen saham dengan harga Rp 395 per saham pada 26 Desember 2019.

Pembelian saham ARTO itu senilai Rp 179,39 miliar.  Sementara itu, Wealth Trach Technology Limited beli saham ARTO sebanyak 161.034.375 saham atau setara 13,35 persen dengan harga Rp 395. Nilai pembelian saham itu Rp 63,60 miliar.

Saham ARTO naik 1.584,78 persen sepanjang 2019. Saham ARTO  ditutup ke posisi Rp 3.100 per saham. Saham ARTO sempat di level tertinggi 5.125 dan terendah 130 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 10.764 kali dengan nilai transaksi Rp 527,9 miliar. Saham ARTO melonjak signifikan lantaran kabar akuisisi.

Kemudian pemegang saham baru masuk pada 2020 yaitu Gojek melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa. Gojek mengumumkan investasi di saham Bank Jago sekitar 22,16 persen.

Selanjutnya Bank Jago menggelar rights issue dengan menawarkan 3 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham pada awal 2021. Tak tanggung-tanggung, target dana rights issue itu sebanyak-banyaknya mencapai Rp 7,05 triliun.

Usai pelaksanaan rights issue tersebut, pemegang saham berubah. Kali ini GIC Private Limited mengenggam 9,12 persen saham ARTO. Kemudian PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia 29,81%, Wealth Track Technology Limited 11,69 persen, PT Dompet Karya Anak Bangsa 21,40 persen, dan public sekitar 27,99 persen.

Pertama Kali Masuk Emiten Big Cap pada Februari 2021

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham Bank Jago melambung hingga masuk jajaran emiten kapitalisasi besar pada Senin, 22 Februari 2021. Bank Jago mencatat kapitalisasi pasar mencapai Rp 117 triliun. Hal itu seiring harga saham ARTO naik 16,27 persen menjadi Rp 10.900 pada 22 Februari 2021. Saat itu, kapitalisasi pasar saham ARTO menyalip PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT Gudang Garam Tbk.

Mengutip data RTI, saham ARTO sudah naik 290,70 persen sepanjang tahun berjalan 2021 ke posisi 16.800. Saham ARTO sentuh posisi tertinggi di 19.050 dan terendah 4.140 per saham. Total volume perdagangan 2.353.403.512.

Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, kenaikan harga saham ARTO didorong euphoria bank digital. Padahal aset perusahaan tersebut tidak sebesar kapitalisasi pasarnya.

“Murni eforia bank digital. Valuasinya agak beda dengan konvensional,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Sabtu (7/8/2021).

Selain itu, ia menilai, fundamental Bank Jago juga belum mencatat performa positif. Bank Jago masih mencatat rugi Rp 47,52 miliar pada semester I 2021, pencapaian itu turun dibandingkan semester I 2020 sebesar Rp 50,91 miliar. Pendapatan bunga bersih tercatat Rp 139,08 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 26,61 miliar.

Perseroan pun telah menyalurkan kredit Rp 2,17 triliun hingga akhir Juni 2021. Pencapaian itu tumbuh 695 persen dari periode sama tahun lalu.  

Meski demikian, Wawan menilai, harapan investor terhadap pertumbuhan Bank Jago juga turut dongkrak harga sahamnya. Hal ini seiring Gojek masuk menjadi pemegang sahamnya.

 

Kapitalisasi Pasar Saham ARTO Salip ASII

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun kapitalisasi pasar saham Bank Jago telah berada di atas kapitalisasi pasar saham PT Astra International Tbk (ASII). Kapitalisasi pasar saham ASII mencapai Rp 200 triliun. Saham ASII naik 1,02 persen ke posisi Rp 4.940 per saham pada Jumat, 6 Agustus 2021.

PT Astra International Tbk, salah satu grup usaha terbesar yang memiliki ragam diversifikasi usaha dengan tujuh segmen usaha antara lain otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informais dan properti.

Perusahaan ini awalnya perusahaan dagang kecil yang berdiri pada 20 Februari 1957. Mengutip berbagai sumber, pada 1969, perseroan menjadi distributor kendaraan Toyota di Indonesia. Perseroan ditunjuk sebagai distributor tunggal sepeda motor Honda dan mesin perkantoran Xerox di Indonesia pada 1970. Perseroan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 April 1990.

Astra International pun berkembang dan menjadi perusahaan terbesar di Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan 2019, kegiatan operasional bisnis perseroan di seluruh Indonesia dikelola melalui 235 perusahaan termasuk anak perusahaan, ventura bersama, dan entitas asosias.

Perseroan mencatatkan jumlah karyawan mencapai 226.105 karyawan dari perseroan, anak perusahaan, ventura bersama dan entitas asosiasi. Sedangkan kalau hanya perseroan dan anak perusahaan sebesar 148.069 karyawan.

Kinerja ASII pada Semester I 2021

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Astra International Tbk (ASII) mencatat pertumbuhan pendapatan selama semester I 2021. Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan bersih PT Astra International Tbk sebesar Rp 107,39 triliun pada semester I 2021. Realisasi pendapatan itu tumbuh 19,60 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 89,79 triliun.

Laba bersih perseroan mencapai Rp 8,8 triliun pada semester I 2021. Realisasi laba bersih itu turun 22,38 persen dibandingkan semester I 2020 sebesar Rp 11,3 triliun.

"22 persen lebih rendah dibandingkan dengan semester pertama tahun 2020 ketika grup memperoleh keuntungan dari penjualan saham Bank Permata,” tulis perseroan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya