Saat Risalah The Fed Beri Sinyal Tapering

Risalah tersebut mencatat "beberapa” anggota lebih suka menunggu hingga awal 2022 untuk mulai mengurangi stimulus atau tapering.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 19 Agu 2021, 18:27 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2021, 18:25 WIB
Ribuan Bendera AS Sambut Pelantikan Joe Biden
Capitol AS terlihat di antara bendera-bendera yang ditempatkan di National Mall menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden di Washington, Senin (18/1/2021). Acara pengambilan sumpah Joe Biden akan berada dalam situasi berbeda dari pelantikan-pelantikan sebelumnya. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham global berguguran pada perdagangan Kamis, (19/8/2021). Hal ini seiring pejabat the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menarik kembali laju pembelian obligasi bulanan kemungkinan sebelum akhir tahun.

Hal itu yang ditunjukkan dari risalah rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu, 18 Agustus 2021. Namun, ringkasan pertemuan the Fed pada 27-28 Juli 2021 juga menunjukkan para pejabat the Fed ingin memperjelas pengurangan atau pengurangan bukanlah pendahulu dari kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

Risalah tersebut mencatat “beberapa” anggota lebih suka menunggu hingga awal 2022 untuk mulai mengurangi stimulus atau tapering.

"Ke depan, sebagian besar peserta mencatat, asalkan ekonomi berkembang secara luas seperti yang mereka antisipasi, mereka menilai mungkin tepat untuk mulai mengurangi laju pembelian aset tahun ini,” bunyi risalah tersebut dilansir dari CNBC, Kamis, 19 Agustus 2021.

Bunyi risalah tersebut juga menyebutkan, ekonomi telah mencapai tujuannya pada inflasi dan “hampir puas” dengan kemajuan pertumbuhan pekerjaan.

Namun, anggota komite secara luas sepakat data pekerjaan sebelum memenuhi tolok ukur “kemajuan lebih lanjut yang substansial” yang telah ditetapkan the Federal Reserve sebelum mempertimbangkan menaikkan suku bunga.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street Tertekan

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Anggota komite juga menekankan perlunya menegaskan kembali tidak ada hubungan antara waktu pengurangan dan peningkatan pada akhirnya dalam kisaran target untuk suku bunga the Fed.

Pejabat the Fed telah berulang kali mengatakan, tapering akan terjadi terlebih dahulu dengan kenaikan suku bunga tidak mungkin sampai proses selesai dan bank sentral tidak lagi meningkatkan neracanya.

Pasar sempat kembali naik setelah rilis risalah tetapi kemudian berbalik negatif lagi dengan indeks Dow Jones turun lebih dari 150 poin.

FOMC memberikan suara pada pertemuan tersebut untuk mempertahankan suku bunga jangka pendek mendekati nol, sementara juga mengekspresikan optimisme tentang laju pertumbuhan ekonomi.

The Fed Memiliki Tugas Komunikasi yang Sulit

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sementara pesan tentang tapering telah dikirim, the Fed memiliki tugas komunikasi yang sulit dalam memastikan strateginya digariskan dengan jelas. Ada kekhawatiran di pasar the Fed mungkin akan mengatur langkahnya dengan ketat bahkan jika ekonomi memburuk.

Pernyataan pasca-pertemuan melukiskan pandangan yang umumnya optimistis pada ekonomi tetapi risalah mencatat beberapa keraguan. Para pejabat menilai, “ketidakpastian cukup tinggi” tentang prospek dengan varian delta COVID-19 menimbulkan suatu tantangan dan inflasi.

Beberapa anggota the Fed mencatat “risiko kenaikan inflasi” khususnya kondisi yang oleh pejabat the Fed diberi label sebagai sementara mingkin bertahan lebih lama dari yang diantisipasi.

Mereka yang khawatir tentang inflasi mengatakan, pengurangan harus dimulai relatif segera mengingat risiko pembacaan inflasi tinggi baru-baru ini dapat terbukti lebih stabil daripada yang mereka perkiraan.

Ada Perbedaan Pendapat

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Namun, risalah tersebut mencatat perbedaan pendapat yang substansial dengan beberapa anggota bahkan khawatir inflasi dapat kembali turun jika kasus COVID-19 terus meningkat dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.

Sementara pasar mengharapkan penurunan segera masih belum melihat kenaikan suku bunga datang setidaknya untuk satu tahun atau lebih.  Berdasarkan kontrak berjangka yang terkait dengan suku bunga acuan Fed memperkirakan sekitar 50 persen peluang kenaikan suku bunga pada November 2022 dan 69 persen peluang kenaikan suku bunga pada berikutnya.

Ada juga pembicaraan tentang “peningkatan valuasi” di seluruh kelas aset, dengan beberapa anggota khawatir kebijakan the Fed mudah menaikkan harga dan mengancam stabilitas keuangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya