Cerita Bos Northstar saat Investasi di Surya Esa Perkasa

Co-founder dan Managing Partner and Memmber of the Investment Committee Northstar Patrick Walujo berbagi cerita mengenai penempatan investasi yang dilakukan Northstar

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Agu 2021, 10:40 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2021, 18:02 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Co-founder dan Managing Partner and Member of the Investment Committee Northstar Patrick Walujo berbagi cerita mengenai penempatan investasi yang dilakukan grup Northstar.

Patrick menuturkan, salah satu pengembalian investasi atau return terbaik investasi di PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), perusahaan yang operasikan kilang LPG dan pabrik amonia swasta terbesar di Indonesia.

Ia menceritakan, pada 2005-2006 bersama Chander Vinod Laroya, Presiden Direktur ESSA yang saat itu baru pensiun dari Indorama mengambil proyek terbengkalai di Sumatera Selatan senilai USD 7 juta atau sekitar Rp 100,22 miliar (asumsi kurs Rp 14.318 per dolar AS).

"Tapi yang paling return hebat banyak yang tidak tahu, invesment di ESSA. Pak Vinod berhasil selesaikan proyek, expenses businessnya apa yang terjadi sekarang di ESSA mulai dari itu, investor tidak tambah uang dari pertama kali itu," ujar dia saat acara webinar Indonesia Investment Education (IIE), Sabtu (28/8/2021).

Patrick menuturkan, saat ini Surya Esa Perkasa bukan perusahaan northstar lagi. "Saat ipo kami invest,” kata dia.

Adapun PT Surya Esa Perkasa Tbk mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada  1 Februari 2021. Perseroan melepas 250 juta saham ke publik.

Ia menuturkan, ESSA membangun pabrik ammonia di Kalimantan Timur. Amonia di Jepang sedang mempromosikan pengganti bahan bakar.

"Ammonia pada intinya bahan baku secara tradisional lebih besih dari minyak. Blue Ammonia kalau gas dipakai untuk membikin ammonia, sisanya diinject ke dalam tempat sumur minyak untuk di store, itu more environment, paling cost efisien,” ujar dia.

Ia menambahkan, saat ini ESSA bersama dengan Mitsubhisi mengembangkan blue ammonia. Selain itu, Patrick menceritakan, awal investasi di Alfamart juga salah satu yang luar biasa.

Saat Nortstar pertama kali investasi di PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau Alfamart, saat itu, Alfamart membuka toko sebanyak 600, dan tiap hari 5-10 toko yang buka. Kini toko Alfamart berkembang hingga 20 ribu.

Patrick menuturkan, pihaknya tidak hanya fokus dari imbal hasil investasi saja. Akan tetapi, kalau dilihat dari segi kepuasan, menurut Patrick dengan investasi di Gojek. "Melihat perkembangan Gojek. Gojek mulai dari sebuah ide, small business, pak Nadiem dirikan dan konversikan ke app. Pak Nadiem dan kawan-kawan mewujudkannya, perusahaan bawa social impact luar biasa," kata dia.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Investasi yang Mengecewakan

Meski demikian, tak selalu investasi yang ditempatkan oleh grup Northstar berjalan baik. Patrick mengatakan, salah satu investasi yang mengecewakan di sektor minyak dan gas.

Awalnya melihat sektor komoditas yang sedang melonjak dengan banyak investasi di komoditas. Kemudian pihaknya investasi di sektor minyak dan gas, tetapi belum sesuai harapan. Hal itu terkait biaya produksi yang tinggi dan regulasi yang rumit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya