Goldman Sachs Paparkan Risiko Terbesar dari Krisis Evergrande

Adapun sentimen Evergrande mulai menular ke pasar saham Amerika Serikat pada awal pekan ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2021, 18:01 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2021, 13:40 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Krisis pengembang real estate terbesar di China, Evergrande,memunculkan kekhawatiran. Goldman Sachs menyebutkan, para investor besar ketar-ketir memikirkan “penularan” kondisi Evergrande mempengaruhi pasar global.

"Justru yang jadi bahaya adalah penularannya. Jika default (kegagalan pembayaran utang) terjadi tanpa ‘ring-fencing’, limpahan ke bagian lain dari ekonomi rill atau sektor keuangan. Peristiwa selama seminggu terakhir menunjukkan risiko pasar beralihnya ke arah itu (menurun),” kata Hui Shan dari Goldman Sachs, dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (21/9/2021).

Hui Shan juga mengatakan, pihaknya sudah melihat tanda-tanda ‘penularan’ pasar global sebagai hasil kegagalan Evergrande membayar utang kepada nasabahnya. Sebelumnya hal ini pernah ketika likuidasi Lehman Brothers menekan aset pasar global.

“Ekuitas dan obligasi yang diterbitkan oleh pengembang lain dengan leverage tinggi telah dijual. Unjuk rasa di kantor Evergrande di seluruh China menyebabkan keengganan calon pembeli rumah semakin banyak. Tekanan pembiayaan yang dihadapi para pengembang properti menjadi salah satu faktor gagalnya lelang tanah di sejumlah kota”, ujar Shan.

Adapun sentimen Evergrande mulai menular ke pasar saham Amerika Serikat pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin sore waktu setempat, semua indeks saham utama berada di posisi sesi terendah. Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh lebih dari 600 poin.

Bahkan Indeks volatilitas CBOE (VIX) yang ukur kecemasan investor terjun bebas ke level terendah yang tidak terlihat sejak Mei 2021. Perusahaan-perusahaan AS dengan ekposur besar dari China seperti Apple dan Tesla alami aksi jual besar-besaran.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menular ke Bitcoin

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Kekhawatiran seputar Evergrande juga memicu 10 persen penjualan bitcoin. Hal ini biasa dilakukan sebagai permainan safe-haven selama serangan volatilitas pasar saham. Bahkan mulai menyebar ke saham penjualan teknologi pertambangan kripto seperti Nvidia.

"Ketika hal seperti itu terjadi sulit memahami apa artinya itu (mulai dilakukannya safe-haven) dan apa artinya penularan (imbas dari suatu masalah). Pikirkan secara matang- matang segala tindakan selama krisis keuangan Eropa atau Asia,” ungkap ahli strategi Baird Michael Antonell.

Kondisi yang Kemungkinan Terjadi

Shan menguraikan beberapa potensi skenario untuk pertumbuhan ekonomi China akibat masalah di Evergrande. Sebagian besar hanya memicu kekhawatiran penularan ke aset global.

“Dalam skenario pertama, dampak negatif total akan menekan tingkat output sebesar 1,4 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dengan dampak langsung yang berperan penting terhadap ekonomi.," ujar dia.

Ia menuturkan, skenario kedua, dampak negatif total meningkat 2,5 persen dari PDB. Skenario terakhir, total dampak negatifnya mencapai 4,1 persen dari PDB. Total dampakna merupakan saluran kondisi keuangan yang berkontribusi paling besar.

Selain itu, investor harus menyoroti pentingnya efek limpahan keuangan pada perekonomian rill dalam skenario ini yang merosot. Perhatikan bahwa ini (skenario) adalah latihan ekuilibrium parsial yang tidak mempertimbangkan potensi pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal saat menghadapi penurunan pasar properti,” ujar  Shan.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya