Berkshire Hathaway Milik Warren Buffett Investasi di Royalty Pharma Plc

Dari sejumlah investasi Berkshire Hathaway milik Warren Buffett, sekitar 41 persen investasi berada di Apple.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2021, 05:43 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2021, 22:57 WIB
Ini 10 Daftar Orang Terkaya Dunia Tahun 2017 Versi Forbes
Peringkat kedua diikuti oleh pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett. Kekayaan pria 86 tahun ini mencapai US$ 75,6 miliar atau sekitar Rp 1.005 triliun. (NYC)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan investasi Berkshire Hathaway milik Warren Buffett telah melepas investasi di Merck & Co dan mengurangi kepemilikan saham di AbbVie Inc dan Bristol-Myers Squibb Co.

Berkshire Hathaway juga menarik kepemilikan saham minoritas di Organo & Co, sebuah perusahaan spin-off Merck yang produksinya berfokus pada kontrasepsi dan produk kesehatan wanita lainnya. Hal serupa pun Berkshire Hathaway lakukan terhadap perusahaan telekomunikasi Liberty Global Plc.

Dalam pernyataan pun disampaikan investasi baru Berkshire Hathaway sebesar USD 475 juta atau Rp 6,7 triliun (estimasi kurs Rp 14.193 per dolar AS) di Royalty Pharma Plc, yang membeli royalti atas obat-obatan. 

Kemudian sekitar USD 99 juta atau setara Rp 1,4 triliun yang dialokasikan untuk investasi di perusahaan ritel Floor & Decor Holdings Inc. Perubahan investasi tertuang dalam pengajuan peraturan yang merinci daftar kepemilikan Berkshire pada Sabtu, 30 September 2021.

Saham Royalty Pharma naik lebih dari 5 persen setelah penutupan perdagangan, imbas Berkshire mengumumkan kepemilikan saham terbarunya. Royalty tidak memberikan komentar atas kejadian tersebut.

Investor mulai memantau secara seksama penanaman modal Berkshire. Investor ingin mengetahui di mana Buffett dan manajer investasinya Todd Combs dan Ted Weschler mengincar target lainnya.

Pengajuan tidak memberitahukan siapa yang menjual ataupun membeli saham, Warren Buffett biasanya memangsa investasi dengan nominal besar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Investasi Baru

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Total saham perusahaan Buffett pada AbbVie dan Bristol-Myers masing-masing berjumlah 30 persen dan 16 persen pada kuartal tersebut.

Royalty Pharma membantu pendanaan atas uji klinis tahap akhir dan peluncuran produk dengan imbalan berupa royalti di masa depan. Di samping itu, perusahaan ini pun acap kali membeli royalti (hak cipta) dari pengembang obat.

Aliran pendapatan perusahaan yang paling besar bersumber dari perawatan Vertex Pharmaceuticals Inc untuk cystic fibrosis, Tysabri dari Biogen Inc untuk multiple sclerosis, dan AbbVie's Imbruvica untuk berbagai jenis kanker.

Baru-baru ini, harga saham Royalty Pharma diperdagangkan sekitar 50 persen di atas harga penawaran umum perdana pada Juni 2020. Namun, masih di bawah harga penutupan pada perdagangan perdananya.

Ekuitas Masih Tinggi

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Berkshire Hathaway menutup September dengan jumlah kepemilikan ekuitas sebesar USD 310,7 miliar atau Rp 4.409,9 triliun. Perusahaan menjual sekitar USD 2 miliar atau setara Rp 28,3 triliun. Aksi jual tersebut lebih banyak daripada saham yang dibeli pada kuartal III. Ekuitas tersebut sekaligus menjadi penjualan bersih sepanjang 2021.

Dari sejumlah investasi perusahaan, sekitar 41 persen investasi berada di Apple. Sementara 29 persen lainnya dialokasikan ke Bank of America Corp, Ameican Express Co dan Coca-Cola Co.

Berkshire yang berpusat di Omaha, Nebraska juga memiliki lusinan bisnis termasuk kereta api BNSF, asuransi mobil Geico, dan es krim Dairy Queen.

Hampir enam tahun Buffett melakukan aksi beli di seluruh perusahaan besar. Hal ini berimbas dan berkontribusi pada peningkatan kepemilikan kas Berkshire ke rekor tertinggi sekitar USD 149,2 miliar atau setara Rp 2.117,6 triliun.

Walaupun USD 21,9 miliar setara Rp 310,8 trilin di antaranya merupakan hasil pembelian kembali saham perusahaan (buyback) pada 2021.

Perusahaan merasa kecewa akibat investor hanya melihat harga saham Berkshire tertinggal jauh dari Standard & Poor 500 sejak akhir 2018. 

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya