Wall Street Beragam Imbas Tekanan Saham Teknologi

Wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 23 November 2021 dengan indeks Nasdaq turun dua hari berturut-turut.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Nov 2021, 06:41 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2021, 06:41 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 23 November 2021. Hal ini seiring kenaikan tingkat imbal hasil obligasi memberi tekanan pada saham teknologi sehingga indeks Nasdaq turun dalam dua hari berturut-turut.

Akan tetapi, saham bank dan industri menguat. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq merosot 0,50 persen menjadi 15.775,14. Indeks S&P 500 naik 0,17 persen menjadi 4.690,70. Indeks Dow Jones menguat 194,55 poin menajdi 35.813 seiring kenaikan saham bank dan energi.

Penurunan saham teknologi dan pertumbuhan lainnya terjadi karena imbal hasil obligasi melonjak menyusul keputusan Presiden AS Joe Biden memilih Ketua the Fed Jerome Powell untuk masa jabatan kedua pada Senin, 22 November 2021.

Imbal hasil obligasi tinggi sering dilihat sebagai negatif bagi perusahaan dengan pertumbuhan tinggi karena laba perusahaan terlihat kurang menarik karena imbal hasil jangka pendek meningkat.

“Kami telah melihat sedikit tekanan pada saham teknologi karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang telah reli pada hari kedua. Itu membebani valuasi,” ujat Investment Strategist Edward Jones Angelo Kourkafas, dilansir dari CNBC, Rabu (24/11/2021).

Ia menambahkan, laba Zoom juga tidak membantu angkat wall street. “Menyoroti sejumlah dinamika di pasar dengan pertumbuhan sangat tinggi ini, pertumbuhan melambat pada margin,” tutur dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, raksasa media sosial Meta, induk usaha Facebook turun 1,1 persen. Saham Roku dan Biotek Moderna melemah lebih dari dua persen. Saham Zoom Video Communication anjlok 14,7 persen setelah kalahkan perkiraan pendapatan. Namun, Zoom mengingatkan perlambatan ke depan karena pandemi COVID-19 mereda dan permintaan kontak jarak jauh menurun.

Di sisi lain, saham bank naik seiring suku bunga dan imbal hasil obligasi. Saham JPMorgan naik hampir 2,4 persen.

Saham energi menguat setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan memanfaatkan cadangan minyak strategis dalam upaya menurunkan harga gas pada saat inflasi berjalan ke level tertinggi dalam tiga dekade.

Harga minyak turun dalam beberapa hari terakhir di tengah desas desus Biden akan mengambil langkah. Harga minyak berbalik menguat pada perdagangan Selasa, 23 November 2021.

Pencalonan kembali Jerome Powell secara umum disambut baik oleh wall street. Akan tetapi, pergerakan di pasar treasury sangat tajam. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun mendekati 1,67 persen dari sekitar 1,54 persen. Imbal hasil bergerak berlawanan dengan harga.

“Dengan the Fed yang dipimpin Powell, kami perkirakan kecepatan penurunan QE mengikuti data, kemungkinan akan meningkat jika inflasi berlanjut pada kecepatan angka Oktober dengan kenaikan suku bunga segera mengikuti penurunan pada Juni dengan kecepatan saat ini,” ujar Aptus Capital Advisors Portfolio Manager, John Luke Tyner dalam sebuah catatan.

Ia menambahkan, pasar percaya aksi ini akan menjaga the Fed kendalikan inflasi. “Sementara pasar mengharapkan respons yang lebih hawkish terhadap inflasi saat ini, waktu akan memberi tahu apakah itu akan cukup, karena Powell mapan dalam kebijakan FOMC yang dovish,” kata dia.

Investor Menanti Data Ekonomi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, saham Best Buy turun 12,3 persen setelah perseroan mengatakan penjualan yang sebanding dan margin laba kotor mungkin turun pada kuartal IV dibandingkan periode tahun lalu.

Sisi positifnya, produsen cho Western Digital adalah salah satu berkinerja terbaik pada perdagangan Selasa dengan saham Western Digital naik 6,3 persen setelah peningkatan dari Mizuho.

Pada perdagangan Selasa mendorong indeks saham Nasdaq turun dua hari berturut-turut. Indeks Nasdaq merosot 1,26 persen pada perdagangan Senin. Akan tetapi, indeks masih positif sepanjang November 2021.

Sementara itu, transaksi perdagangan akan melambat karena ada Thanksgiving dan keputusan the Fed. Investor akan mengamati sejumlah data ekonomi yang keluar akhir pekan ini termasuk klaim pengangguran mingguan, pembaruan produk domestik bruto (PDB), pendapatan pribadi dan kepercayaan konsumen.

Investor juga khawatir dengan kasus COVID-19 di luar negeri. Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan lonjakan kasus COVID-19. Adapun wall street akan libur merayakan Thanksgiving pada Kamis. Pasar saham AS tutup lebih awal pada Jumat siang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya