Wall Street Beragam Imbas Kekhawatiran Kenaikan Kasus COVID-19

Wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 19 November 2021 karena kekhawatiran kenaikan kasus COVID-19.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Nov 2021, 07:20 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2021, 07:20 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 19 November 2021. Wall street yang beragam itu seiring kekhawatiran atas kebangkitan COVID-19 membebani bursa saham global. Namun, saham teknologi jadi katalis positif.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 268,97 poin atau 0,75 persen menjadi 35.601,98. Indeks S&P 500 susut 0,14 persen menjadi 4.697,96. Indeks Nasdaq bertambah 0,40 persen menjadi 16.057,44.

Indeks S&P 500 mengakhiri pekan ini lebih tinggi 0,3 persen. Sejumlah laporan laba dari ritel besar dan data ritel Amerika Serikat yang yang kuat membantu indeks saham. Dengan demikian melawan kekhawatiran yang meningkat tentang inflasi dan memberikan dukungan ketika kekhawatiran COVID-19 muncul.

Indeks Dow Jones turun 1,3 persen pada pekan ini. Sedangkan Indeks Nasdaq mendapatkan dorongan 1,2 persen.

Di sisi lain, bursa saham terpukul setelah Austria mengumumkan akan memasuki kembali lockdown atau penguncian nasional penuh karena lonjakan kasus COVID-19.

Ini mengikuti pembatasan baru untuk individu yang tidak divaksinasi di Jerman yang disampaikan pada Kamis, 18 November 2021. Hal ini lantaran gelombang keempat membawa kasus harian ke rekor tertinggi.

Investment Strategy Analyst Baird, Ross Mayfield menuturkan, pasar ketakutan dan tampaknya tidak memperhitungkan perkembangan vaksin, pil antivirus dan cara lain melawan COVID-19.

“Kami telah melalui gelombang demi gelombang COVID-19 dan variasi yang berbeda, dan kami belum pernah benar-benar melihat aksi jual pasar yang besar karena itu,” ujar Mayfield dilansir dari CNBC, Sabtu (20/11/2021).

Ia menambahkan, sebagian dari itu karena rotasi. "Bagian lainnya adalah setiap saat, kita belajar lebih banyak dan lebih banyak lagi bagaimana hidup dengan virus dan menghadapinya, dan saya tidak berpikir itu menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar lagi,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Saham Maskapai Merosot

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Pasar terus terekan, meski mengurangi penurunan lebih dalam. Saham maskapai merosot. Saham United Airlines turun 2,7 persen, saham Delta susut 1 persen dan Boeing merosot 5,7 persen.

Selain itu, saham Airbnb tergelincir 3,8 persen, saham Booking Holdings turun 1,5 persen. Saham Expedia juga sedikit turun. Saham Norwegian Cruise Line Holdings sekitar dua persen lebih rendah, dan saham Royal Caribbean turun 2,9 persen.

Saham maskapai dan perjalanan turun sekitar seminggu setelah pemerintahan Biden mencabut pembatasan perjalanan yang telah melarang banyak pengunjung internasional selama hampir 20 bulan. Langkah itu disambut oleh maskapai dan perusahaan perjalanan lainnya.

Akan tetapi, kenaikan kasus COVID-19 dan pembatasan baru di Eropa meredam harapan untuk segera pulihnya perjalanan trans-Atlantik, segmen yang biasanya menguntungkan yang merupakan kunci kembalinya operator besar ke profitabilitas.

Perusahaan energi besar mendominasi penurunan teratas di indeks S&P 500 karena kekhawatiran permintaan terkait dengan penguncian baru membebani harga minyak. Saham Devon Energy turun 6,2 persen dan Hess susut 5,7 persen. Saham Baker Hughes dan Diamondback Energy turun lebih dari lima persen.

Sementara itu, saham Moderna melonjak hampir lima persen setelah Food and Drug Administration menyelesaikan suntikan booster vaksinya untuk semua orang dewasa di AS.


Gerak Saham di Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Saham Intuit mendorong indeks S&P 500 lebih tinggi setelah membukukan hasil kuartalan lebih kuat dari perkiraan pada Jumat pekan ini yang membuat sahamnya melonjak sekitar 10 persen.

Saham TurboTax juga meningkatkan panduan pendapatan setahun penuh. Saham Nvidia juga menguat 4 persen seiring momentum lanjutan dari pendapatan.

Sekitar 95 persen dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan kuartal III 2021. 81 persen melaporkan pendapatan lebih baik dari harapan Street, berdasarkan Refinitiv. Perusahaan S&P 500 berada di jalur untuk menumbuhkan laba 42,3 persen year over year.

“Laba yang lebih baik dari yang diharapkan telah mempengaruhi pasar pekan ini,” ujar Direktur Pelaksana E-Trade Financial.

Ia menambahkan, investor mungkin telah memasuki musim laba dengan beberapa keraguan. Ada beberapa tanda yang jelas mengenai konsumen yang tangguh dan neraca perusahaan yang kuat meski ada tekanan harga.

Saham teknologi melanjutkan reli seiring imbal hasil obligasi AS turun dan investor yang terkait dengan COVID-19 dirotasi dari bank, perusahaan energi dan value stock lainnya ke saham-saham teknologi kapitalisasi besar.

Saham Adobe dan Meta Platforms termasuk di antara pemenang penting di S&P 500 bersama dengan Nvidia. Dengan demikian saham Microsoft dan Apple.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya