Saham Produsen Vaksin Melambung Imbas Kekhawatiran Varian Omicron

Penguatan saham Moderna berlanjut pada Senin, 29 November 2021 dengan naik 10 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Nov 2021, 17:02 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2021, 17:02 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Kekhawatiran varian baru COVID-19 Omicron mengguncang pasar keuangan dunia pada Jumat dan Senin dini hari, 29 November 2021. Akan tetapi, saham produsen vaksin COVID-19 mendapat dorongan dari kekhawatiran pandemi COVID-19 yang terbaru.

Saham Moderna melonjak lebih dari 20 persen selama sesi perdagangan Black Friday di Wall Street. Penguatan saham Moderna berlanjut pada Senin, 29 November 2021 dengan naik 10 persen. Demikian mengutip CNN, Selasa (30/11/2021).

Saham BioNTech melonjak 14 persen pada Jumat, 26 November 2021. Pada awal pekan ini, saham BioNTech kembali naik 3 persen. Saham Big Pharma Pfizer, mitra produsen vaksin Eropa naik 6 persen pada Jumat, 26 November 2021. Akan tetapi, saham Big Pharma Pfizer turun tipis pada awal pekan ini.

Saham Novavax naik 9 persen pada Jumat pekan lalu. Namun, pada perdagangan Senin, saham Novavax susut 8 persen. Saham lainnya berkaitan dengan vaksin, saham Johnson and Johnson dan AstraZeneca cenderung bergerak tipis pada Jumat pekan lalu dan awal pekan ini.

Investor berharap mayoritas produsen vaksin dapat memperbaharui vaksin COVID-19 sehingga dapat menawarkan perlindungan terhadap varian omicron.

Pada pekan lalu, Moderna mengatakan akan cepat memajukan kandidat penguat khusus untuk Omicron. Sedangkan Pfizer menekan dapat siapkan pembaruan vaksinnya dalam 100 hari jika omicron terbukti resisten terhadap vaksin saat ini.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pernyataan CEO Moderna Bikin Bursa Saham Global Rontok

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, World Health Organization (WHO) peringatkan varian baru COVID-19 omicron sangat mudah menular sehingga waspada lonjakan infeksi kasus COVID-19, ini menjadi alarm global.

Chief Executive Officer (CEO) produsen obat Moderna Stephane Bancel memperkirakan kinerja vaksin kurang efektif dalam menahan gempuran varian terbaru COVID-19 Omicron jika dibandingkan ketahanan terhadap model virus sebelumnya.

Pernyataan Bancel menyebabkan aksi jual di pasar saham dan mendorong harga minyak semakin rendah. Dia pun mewanti-wanti akan memakan waktu berbulan-bulan sampai perusahaan farmasi dapat memproduksi vaksin yang dapat mempunyai ketahanan tinggi dengan skala besar.

"Ini omicron pertama muncul di dunia, saya pikir efektivitas masih berada di level yang sama di mana hanya mampu melawan Delta," ujar Stephane Bancel, dilansir dari laman Mint, Selasa, 30 November 2021.

Dia menambahkan itu akan menjadi penurunan materi. Dia pun tidak tahu pasti berapa lama keberadaan varian baru itu. Lantaran harus menunggu data terlebih dahulu. Semua pakar dan ilmuwan yang Bancel ajak berdiskusi berpendapat omicron “tidak baik”.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya