Bursa Saham Asia Bervariasi Tertular Wall Street yang Tertekan

Bursa saham Asia beragam pada perdagangan Rabu, 1 Desember 2021 seiring wall street yang anjlok.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Des 2021, 08:46 WIB
Diterbitkan 01 Des 2021, 08:46 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu pagi (1/12/2021). Hal ini seiring wall street yang anjlok dan investor mencermati dampak dari penemuan varian baru COVID-19, omicron.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,3 persen pada awal perdagangan.  Indeks Topix menguat 0,22 persen. Indeks Korea Selatan Kospi bertambah 0,62 persen. Indeks Australia melemah 0,3 persen. Australia akan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,35 persen. Di sisi lain, China akan rilis aktivitas pabrik dari survei swasta pada November 2021. Demikian dilansir dari CNBC, Rabu pekan ini.

Di Amerika Serikat, wall street kompak melemah. Indeks S&P 500 melemah 1,9 persen menajdi 4.567 dipicu kekhawatiran varian COVID-19 baru omicron. Indeks Dow Jones tersungkur 652,22 poin ke posis 34.483,72. Indeks Nasdaq merosot 1,55 persen menjadi 15.537,69.

Sementara itu, Chairman The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral akan bertemu untuk diskusikan percepat pengurangan obligasi atau tapering pada pertemuan Desember 2021.

Indeks dolar AS berada di posisi 95,99 dari posisi sebelumnya 96,5. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 113,29 per dolar AS.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Wall Street Anjlok pada 30 November 2021

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 30 November 2021. Hal ini seiring investor kembali menilai risiko yang terkait varian baru COVID-19, omicron.

Rata-rata indeks utama di wall street susut ke posisi terendah dalam sesi perdagangan setelah Ketua The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS Jerome Powell mengatakan, pihaknya akan membahas percepatan pengurangan pembelian obligasi atau tapering pada pertemuan Desember 2021.

Pada penutupan wall street, indeks Dow Jones anjlok 675,22 poin ke posisi 34.483,72. Saham American Express dan Salesforce menekan indeks Dow Jones. Indeks S&P 500 tergelincir 1,9 persen menjadi 4.567.

Indeks Nasdaq merosot 1,6 persen menjadi 15.537,69. Indeks Russell 2000 turun 1,9 persen menjadi 2.198,91 seiring saham berkaitan ekonomi mendapatkan tekanan besar.

Di hadapan komite senat, ketua the Fed mempertimbangkan mengurangi tapering lebih cepat dari pada jadwal USD 15 miliar per bulan yang diumumkan awal bulan ini.

“Pada titik ini, ekonomi sangat kuat dan tekanan inflasi lebih tinggi, dan oleh karena itu, menurut pandangan saya, mempertimbangkan untuk mengakhiri pembelian aset kami, mungkin beberapa bulan lebih cepat,” ujar Powell dilansir dari CNBC, Rabu, 1 Desember 2021.

Ia berharap akan membahas pada pertemuan yang akan datang. Komentar Powell menunjukkan fokus the Fed kini telah berubah untuk memerangi inflasi dan dampak negatifnya ketimbang potensi gangguan dalam kegiatan ekonomi dari varian baru COVID-19.

Wall street yang tersungkur pada perdagangan Selasa juga terjadi setelah CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Financial Times, vaksin yang ada menjadi kurang efektif terhadap varian baru.

Bancel menuturkan, kemungkinan ada “penurunan materi” dalam efektivitas vaksin terhadap varian ini. Kepada CNBC, Bancel menuturkan, dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan dan mengirimkan vaksin khusus omicron. Saham Moderna turun 4,4 persen.

Secara terpisah, Regeneron menuturkan, pengobatan antibodi mungkin menunjukkan penurunan efektivitas terhadap omicron.

“Pasar saham sangat terfokus kepada berita yang terkait dengan omicron,” ujar Chief Investment Strategist Leuthold Group, Jim Paulsen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya