Liputan6.com, Jakarta - Raksasa e-commerce China Alibaba Group Holding memecat seorang karyawan perempuan yang menuduh mantan rekan kerjanya melakukan pelecehan seksual awal 2021.
Surat kabar Dahe Dily melaporkan berita tersebut pada Sabtu, 11 Desember 2021. Dahe Daily juga mencatat karyawan tersebut telah menerima pemberitahuan pemutusan hubungan kerja pada akhir November.
Baca Juga
Salinan dari surat pemberhentiannya memberitahukan informasi palsu terkait penyerangan dan persoalan yang menyebutkan perusahaan tidak menangani kasus tersebut. Hal ini menyebabkan kuatnya keprihatinan sosial yang berdampak buruk pada perusahaan.
Advertisement
“Saya tidak melakukan kesalahan apapun dan tentu tidak akan menerima hasil ini (pemutusan hubungan kerja). Di masa depan saya akan menempuh jalur hukum guna mendapat perlindungan hak dan kepentingan saya,” ujar karyawan yang dituduh, dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (13/12/2021).
Alibaba tidak memberikan tanggapan di luar jam kerja. Pengacara korban (mantan karyawan yang dituduh melakukan pelecehan seksual) pun ikut bungkam.
Pada Agustus, Alibaba sebagai perusahaan e-commerce terbesar di China menghadapi tuduhan penyerangan seksual terhadap karyawannya. Usai karyawan perempuan mempublikasikannya di akun intranet perusahaan. Dia mengungkapkan diserang oleh rekan kerja dan kliennya selama perjalanan bisnis.
Atas insiden tersebut, Alibaba memecat rekan kerja yang terduga melakukan penyerangan serta 10 karyawan lainya yang ikut mengunggah peristiwa itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rendahnya Penanganan Isu Pelecehan Seksual
Jaksa China membatalkan kasus pelecehan seksual oleh rekan kerja karyawan wanita. Meskipun begitu rekan kerja itu terbukti melakukan ketidaksenoohan tetapi paksa dan bukan kejahatan. Jaksa menyetuuji penangkapan klien pada awal September.
Di Tiongkok, bicara di publik tentang masalah pelecehan dan penyeragan seksual sangat jarang. Sampai ada gerakan #MeToo pada 2018 sebagai rasa simpati kepada mahasiswa Beijing yang secara terang-terangan menyampaikan profesornya melakukan pelecehan seksual kepada dirinya.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement