Ini 10 Saham Kapitalisasi Besar di BEI pada 2021

10 saham kapitalisasi besar tercatat Rp 3.262 triliun atau 39,5 persen dari total kapitalisasi pasar BEI.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jan 2022, 09:33 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2022, 05:28 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat sekitar 18,45 persen sepanjang 2021. Kapitalisasi pasar BEI menyentuh posisi Rp 8.256 triliun pada 30 Desember 2021 dari posisi 2020 sebesar Rp 6.970 triliun.

Adapun 10 saham kapitalisasi besar tercatat Rp 3.262 triliun atau 39,5 persen dari total kapitalisasi pasar BEI. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mencatat kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI.

Kapitalisasi pasar saham BBCA tercatat Rp 891 triliun pada 30 Desember 2021. Lalu disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 617 triliun dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 400 triliun.

Berikut 10 saham kapitalisasi pasar besar terbesar di BEI pada 2021 mengutip data BEI, Senin (3/1/2022):

1.PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat Rp 891 triliun

2.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat Rp 617 triliun

3.PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tercatat Rp 400 triliun

4.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tercatat Rp 325 triliun

5.PT Astra International Tbk (ASII) tercatat Rp 231 triliun

6.PT Bank Jago Tbk (ARTO) tercatat Rp 219 triliun

7.PT Chandra Astri Petrochemical Tbk (TPIA) tercatat Rp 158 triliun

8.PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tercatat Rp 157 triliun

9.PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) tercatat Rp 140 triliun

10.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tercatat Rp 125 triliun

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

IHSG Naik 10,08 Persen pada 2021

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu catat pertumbuhan sepanjang 2021. Analis menilai pelaku pasar yang sudah antisipasi langkah bank sentral menjadi katalis pergerakan IHSG pada 2021.

IHSG ditutup turun tipis 0,29 persen ke posisi 6.581,48 pada hari terakhir perdagangan 2021, Kamis 30 Desember 2021. Dengan demikian, IHSG menguat 10,08 persen sepanjang 2021 dari posisi 2020 di kisaran 5.979,07. Pada 2021, IHSG menembus rekor baru di level 6.723,39 tepatnya sekitar 22 November 2021, posisi tersebut melampaui IHSG sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Sepanjang 2021, IHSG ditopang penguatan sejumlah indeks sektor saham. Indeks sektor saham teknologi mencatat penguatan terbesar sepanjang 2021. Indeks sektor saham teknologi melonjak 707,56 persen. Diikuti indeks sektor saham transportasi dan logistik menguat 67,78 persen, dan indeks sektor saham energi menanjak 45,56 persen.

Sedangkan indeks sektor saham yang alami koreksi antara lain indeks sektor saham consumer non siklikal susut 16,04 persen dan properti real estate susut 19,11 persen.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat, (31/12/2021), sejumlah saham menjadi penggerak IHSG antara lain saham ARTO, DCII,BBHI, TLKM, BBCA, MASA, BEBS, EMTK, BYAN dan BMRI. Sedangkan saham yang menjadi pemberat atau laggard IHSG antara lain saham UNVR, HMSP, MAYA, BUKA, SMGR, SMGR, BRIS, POLL, ASII, BRPT, dan UNTR.

Selain itu, kapitalisasi pasar saham sentuh Rp 8.256 triliun pada 2021. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih memimpin kapitalisasi pasar terbesar di BEI dengan total Rp 891 triliun, disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 617 triliun, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 400 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG ditutup melemah pada Kamis, 30 Desember 2021 seiring IHSG belum mampu break dari 6.688 sehingga berpotensi worst case skenario. Ia menuturkan, belum ada sentimen signifikan yang pengaruhi IHSG.

Sementara itu, IHSG sepanjang 2021, menurut Herditya dipengaruhi berbagai sentimen. Hal itu antara lain rilis data suku bunga acuan the Fed dan Bank Indonesia (BI) yang sesuai dengan harapan pasar.

“Percepatan tapering dan rencana kenaikan suku bunga pada kuartal III 2021 yang dilakukan the Fed sudah memperjelas para pelaku pasar akan langkah the Fed ke depan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Akan tetapi, terdapat sentimen IHSG berasal dari penyebaran varian Omicron. Hal ini menyebabkan kekhawatiran pelaku pasar akan pengaruh varian omicron terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya