Wall Street Reli Tersengat Kenaikan Saham Apple dkk

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 564,69 poin atau 1,7 persen menjadi 34.725,47.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jan 2022, 07:23 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2022, 07:23 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street reli pada penutupan perdagangan Jumat, 28 Januari 2022 yang didukung kenaikan saham teknologi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 564,69 poin atau 1,7 persen menjadi 34.725,47. Rata-rata saham unggulan membukukan hari terbaiknya sejak 6 Desember 2021 setelah turun lebih dari 350 poin pada posisi terendahnya.

Indeks S&P 500 naik 2,4 persen ke posisi 4.431,85, sesi terbaik sejak Juni 2020. Indeks Nasdaq menguat 3,1 persen menjadi 13.770,57. Saham Apple melonjak hampir 7 persen setelah hasil kuartalan yang luar biasa.

Apple melaporkan kenaikan kuartalan terbesar dalam hal pendapatan di tengah tantangan pasokan dan efek pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.

Saham teknologi kapitalisasi besar antara lain Microsoft, Amazon,induk usaha Facebook Meta, dan Alphabet induk usaha Google ditutup menguat pada akhir pekan ini sehingga mendukung indeks acuan.

Di sisi lain, saham Chevron turun sekitar 3 persen setelah meleset dari harapan pendapatan wall street. Saham Caterpillar merosot 5 persen bahkan setelah melampaui perkiraan laba.

Indeks utama mengalami perubahan besar setiap hari dalam pekan ini. Hal ini termasuk indeks Dow Jones membuat defisit intraday lebih dari 1.000 poin untuk pertama kalinya ditutup lebih tinggi pada Senin pekan ini.

Indeks S&P 500 membukukan kisaran intraday 2,25 persen setiap hari pada pekan ini, menurut Bespke Investment Group.  Indeks Nasdaq sekitar 15 persen dari posisi tertinggi. Indeks Russell 2000 yang berisi saham kapitalisasi kecil berada di zona melemah, turun 19,9 persen dari rekor intraday.

"Pergerakan intraday yang besar merupakan indikasi tantangan yang dihadapi pasar saat ini, yaitu kondisi keuangan akan semakin ketat,” ujar Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma dilansir dari CNBC, Sabtu (29/1/2022).

Ia menambahkan, ketika informasi baru masuk, jenis volatilitas ini dan beberapa perubahan mungkin akan membayangi wall street.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street Bergejolak Selama Sepekan

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Pada pekan ini, indeks Dow Jones naik 1,3 persen lebih tinggi dan indeks S&P 500 menguat 0,8 persen dan memecahkan penurunan beruntun dalam tiga minggu. Indeks Nasdaq sedikit berubah.

"Ini merupakan minggu yang membuat frustasi bagi investor. Ini semacam tarik-menarik antara bulls dan bears," tutur Chief Investment Officer for Wealth and Investment Management Wells Fargo, Darrel Cronk.

Pada Januari, indeks S&P 500 berada di jalur untuk bulan terlemah sejak Maret 2020, turun 7 persen. Indeks Dow Jones mencatat kinerja kurang baik sejak Oktober 2020. Sementara itu, indeks volatilitas Cboe yang mengukur kekuatiran pasar, melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2020 dan diperdagangkan di atas 30 pada awal pekan ini.

Investor terus mencerna kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve yang akan menerapkan kebijakan lebih ketat.

The Federal Open Market Committee (FOMC) mengindikasikan akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun sebagai bagian dari pengetatan yang lebih luas dari kebijakan moneter.

"Minggu ini didominasi oleh pertemuan the Fed dan menguraikan pernyataan Rabu dan komentar dari ketua the Fed Powell," ujar Direktur Pelaksana Goldman Sachs, Chris Hussey.

Ia menuturkan, the Fed yang hawkish atau lebih agresif mendapatkan dukungan seiring inflasi yang tinggi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti pada Desember, sebagai pengukur inflasi pilihan The Fed melonjak 4,9 persen. Demikian dilaporkan Departemen Perdagangan AS pada Jumat pekan ini.

Lonjakan PCE lebih tinggi dari perkiraan ekonom dan pembacaan terpanas sejak September 1983. Seiring dengan inflasi, pendapatan pribadi naik 0,3 persen pada bulan tersebut, sedikit lebih rendah dari perkirana 0,4 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya