Wall Street Anjlok, Indeks Dow Jones Merosot 313 Poin

Pada penutupan perdagangan wall street, Kamis, 20 Januari 2022, indeks Dow Jones tergelincir 313,26 poin menjadi 34.715,39

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2022, 06:09 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2022, 06:09 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 20 Januari 2021. Hal ini seiring wall street berlanjut bergejolak di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 1,3 persen menjadi 14.154,02 setelah merosot 2,1 persen pada sesi sebelumnya. Indeks Dow Jones tergelincir 313,26 poin menjadi 34.715,39 setelah turun lebih dari 400 poin. Indeks S&P 500 susut 1,1 persen menjadi 4.482,73. Indeks S&P 500 ditutup di bawah 4.500 untuk pertama kali sejak Oktober 2021. Indeks kapitalisasi kecil melemah 1,9 persen.

Bespoke Investment Group mencatat aksi jual investor yang menonjol jelang penutupan perdagangan.

"Rata-rata saham di AS reli pada waktu makain siang, tetapi ada aksi jual besar-besaran di akhir sesi. Penurunan pada sore hari jauh lebih buruk dari pada rata-rata pada bulan tertentu biasanya tidak mengarah kepada kinerja yang lebih rendah pada masa depan," tulis Bespoke Investment Group dilansir dari CNBC, Jumat (21/1/2022).

Saham Peloton turun 23,9 persen di tengah kabar untuk sementara menghentikan produksi produk kebugaran karena permintaan konsumen berkurang, hal itu berdasarkan dokumen internal yang didapatkan CNBC.

Saham teknologi antara lain Zoom Video dan Tesla memimpin pasar lebih tinggi pada perdagangan Kamis, 20 Januari 2022. Akan tetapi, saham Netflix turun sekitar 1,5 persen sebelum pendapatan kuartalannya diumumkan setelah penutupan perdagangan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kenaikan Suku Bunga Bakal Bebani Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Saham bergerak lebih rendah juga didorong sentimen imbal hasil obligasi pemerintah tetap tinggi. Hal ini seiring bank sentral AS atau the Federal Reseve memperketat kebijakan moneter. Bank sentral AS akan bertemu pekan depan. Pasar menunjukkan prediksi sedikit peluang untuk suku bunga. Namun, trader telah sepenuhnya memberi harga dari prediksi kenaikan suku bunga sebanyak empat kali pada 2022.

Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun sekitar 1,04 persen. Sedangkan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sentuh posisi tertinggi 1,87 persen.

“Investor perlu menyadari 2022 mungkin akan menjadi perjalanan jauh lebih sulit. Dengan kenaikan suku bunga yang akan datang dan tahun tengah semester yang secara historis bergejolak, naik turun lebih keras dapat terjadi bagi investor tahun ini,” tutur dia.

Sejumlah rilis kinerja juga menggerakkan saham pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham Dow Traveller mencatatkan hasil terbaik. Saham American Airlines juga mengalahkan perkirana tetapi menurunkan panduan. Saham American Airlines turun 3,2 persen. Saham United Airlines susut 3,4 persen setelah perseroan rilis hasil kuartalannya dan memperingatkan omicron telah mengurangi pemesanan.

“Musim pendapatan masih awal tetapi secara keseluruhan kami melihat kuartal solid lainnya, dari perusahaan Amerika Serikat. Ya dengan kenaikan suku bunga yang akan datang, dan mengalami beberapa volatilitas pasar yang normal, tetapi dasar-dasar ekonomi tetap cukup solid,” ujar Detrick.

Klaim Data Pengangguran

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Data pengangguran pada Kamis juga isyaratkan lonjakan omicron dapat menganggu pemulihan. Klaim pengganguran pada pekan terakhir yang berakhir 15 Januari 2022. Klaim pengangguran untuk mencapai 286.000 pada pekan ini, level tertinggi sejak Oktober. Angka tersebut jauh di atas perkiraan Dow Jones 225.000 dan kenaikan substansial 231.000 pada pekan sebelumnya.

“Lonjakan klaim pengangguran dan penurunan penjualan rumah yang ada telah menyebabkan beberapa pelonggaran imbal hasil obligasi 10 tahun yang telah mencerminkan pengurangan tingkat yang diperketat the Fed,” ujar Ekonom Oxford Economics, Kathy Bostjancic.

Ia menambahkan, saat ini investor hadapi pasar yang lebih bergejolak karena tingginya tingkat ketidakpastian seputar prospek ekonomi, inflasi dan suku bunga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya