Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 3 Maret 2022. Wall street merosot dipicu tekanan sektor saham teknologi karena harga energi dan obligasi yang melambat serta investor memantau perkembangan perang di Ukraina.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 96,69 poin atau 0,29 persen menjadi 33.794,66. Indeks S&P 500 tergelincir 0,53 persen menjadi 4.363,49. Indeks Nasdaq merosot 1,56 persen menjadi 13.537,94.
Saham perangkat lunak menekan wall street. Saham Okta dan Snowflake masing-masing turun 8 persen dan 15 persen setelah rilis laporan kuartalan. Saham Salesforce dan Adobe masing-masing merosot lebih dari dua persen. Saham Tesla turun 4,6 persen dan Amazon merosot 2,7 persen.
Advertisement
Baca Juga
Saham defensif antara lain perawatan kesehatan dan utilitas menguat. Saham Duke Energy naik 1,8 persen dan Amgen menguat 1,7 persen. Saham Walmart bertambah lebih dari dua persen.
Pergerakan pasar terjadi setelah awal pekan yang bergejolak dengan pembalikan tajam. Sektor saham teknologi terutama telah berada dalam tren turun selama beberapa bulan terakhir.
Sejumlah pihak di wall street berargumen kalau pasar sudah menemukan titik terendahnya pada 2022. Pada Kamis, 3 Maret 2022, pengamat Citi meningkatkan pandangannya tentang saham di Amerika Serikat dan sektor teknologi informasi global.
"Meskipun peristiwa sulit di Ukraina, saham global cukup kuat. Kerugian telah terkonsentrasi di saham dengan ekposur langsung Rusia dan keuangan. Kami mash ingin membeli saat bursa turun, dan menyoroti kalau bursa saham global telah berakhir 10 persen-20 persen lebih tinggi setelah krisis geopolitik sebelumnya,” Strategist Citi Robert Buckland dilansir dari CNBC, Jumat (4/3/2022).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Wall Street pada 2022
Namun, pengamat lain memperingatkan kalau 2022 dapat menjadi tahun bergejolak seiring pasar mempertimbangkan kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
“Pasar telah tangguh. Berapa lama itu akan bertahan? Itu semakin melemah karena the Fed tidak menyuntikkan likuiditas mulai bulan ini,” ujar Ekonom Allianz Mohamed El-Erian.
Ia memperkirakan, secara teknikal, indeks saham akan jauh lebih tertekan pada 2022. “Dan itu berarti pasar yang lebih bergejolak dan itu juga berarti akan ada lebih banyak tekanan ke pasar,” kata dia.
Harga energi bergerak lebih tinggi pada perdagangan semalam tetap mereda pada Kamis pagi. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di bawah USD 110 per barel. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun Amerika Serikat turun menjadi 1,85 persen setelah mengalami lompatan terbesar sejak 2020 selama sesi sebelumnya.
Investor terus mengamati situasi di Ukraina. Pertempuran memasuki minggu kedua. Ukraina mempertahankan ibu kota Kiev. Akan tetapi, penembakan berat menghantam Maripol dan Kharkiv. Pejabat Rusia dan Ukraina mengadakan putaran negosiasi lain di Belarus. AS mengumumkan putaran sanksi lain terhadap elit keuangan Rusia.
“Situasinya sangat cair di Ukraina. Kami tidak tahu di mana posisi terendah di pasar, tetapi kami terus percaya ekonomi Amerika Serikat akan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata tahun ini,” ujar Senior Global Market Strategist Wells Fargo Investment Institute Scott Wren.
Advertisement
Pelaku Pasar Pantau Pidato Ketua The Fed Powell
Traders juga memantau komentar dari pejabat the Federal Reserve termasuk kesaksian ketua the Fed Jerome Powell kepada Komite Perbankan Senat untuk hari kedua kesaksian Kongres pekan ini. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan, perang di Ukraina mengintensifkan kebutuhan the Fed untuk menaikkans uku bunga.
Pada Rabu, 2 Maret 2022, Powell menuturkan pihaknya akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada Maret 2022 tetapi terbuka untuk pergerakan yang lebih agresif. Pada Kamis, 3 Maret 2022, ia mengulangi terlalu dini untuk mengatakan bagaimana perang di Ukraina akan berdampak pada langkah the Fed selanjutnya.
"Saya pikir kami perlu bergerak dengan hati-hati, tetapi kami tentu berpikir itu tepat bagi kami untuk melanjutkan rencana kami dan juga rencana untuk mennyusutkan neraca. Namun, hanya mengetahui bahwa kami tidak ingin menambah ketidakpastian," ujar Powell.
Laba ritel mendorong saham seperti saham Best Buy naik lebih dari 9 persen setelah memenuhi harapan laba dan menaikkan dividennya. Saham Kroger naik 11,6 persen. Namun, BJ’s wholesale dan Burlington Stores masing-masing merosot sekitar 13 persen setelah laporan labanya.
Dari sisi ekonomi, klaim pengangguran pekan lalu mencapai 215.000. Angka itu lebih rendah dari 225.000 yang diharapkan ekonom, menurut Dow Jones. Rilis itu terjadi menjelang laporan data tenaga kerja pada Februari yang dirilis Jumat pekan ini.
Di sisi lain, bursa saham Eropa merosot dua persen. ETF VanEck Rusia yang diperdagangkan di AS turun lagi 19 persen pada Kamis pekan ini.