Wall Street Anjlok Setelah Pembicaraan Damai Ukraina-Rusia Gagal

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 112,18 poin menjadi 33.174,07.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mar 2022, 07:11 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2022, 07:11 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 10 Maret 2022 setelah pembicaraan damai yang gagal antara Ukraina dan Rusia. Hal tersebut menakuti investor tentang bagaimana konflik geopolitik dapat berdampak pada pertumbuhan global.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 112,18 poin menjadi 33.174,07. Indeks S&P 500 susut 0,4 persen menjadi 4.259,52. Indeks Nasdaq tergelincir 1 persen menjadi 13.129,96 terseret pelemahan saham Apple dan Meta Platform.

Negosiasi antara menteri luar negeri Rusia dan Ukraina berakhir dengan sedikit kemajuan dalam hal termasuk gencatan senjata atau jalur aman bagi warga sipil yang mencoba melarikan diri dari kota Mariupul yang terkepung.

Pasar telah terikat erat dengan konflik dan berkorealsi terbalik dengan harga energi yang telah jatuh lebih tinggi selama perang Rusia-Ukraina. Sejak 24 Februari 2022, ketika Rusia invasi Ukraina, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) telah meningkat lebih dari 14 persen. Sementara itu, harga minyak Brent naik sekitar 15 persen pada saat itu.

Namun, kenaikan harga minyak telah mereda dalam dua sesi terakhir. Pada Rabu, 10 Maret 2022, harga minyak WTI dan Brent susut lebih dari 12 persen dan 13 persen. Harga minyak WTI kembali turun pada perdagangan Kamis, 11 Maret 2022 menjadi sekitar USD 106 per barel. Sementara itu, harga Brent susut 1 persen menjadi USD 109 per barel.

"Pasar yang bergejolak tampaknya sepenuhnya terkait dengan pembicaraan damai Ukraina-Rusia dan volatilitas biaya energi selanjutnya,” ujar Senior Wealth Advisor Mariner Wealth Advisors, Timothy Lesko dilansir dari CNBC, Jumat (11/3/2022).

Ia menambahkan, penurunan harga komoditas pada Rabu tampaknya memicu reli sedikit mereda karena pembicaraan damai yang tampaknya tidak membuahkan hasil.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sementara itu, saham Chevron dan Exxon Mobil masing-masing naik 2,7 persen dan 3,1 persen. Komoditas lain yang telah melihat reli signafikan sejak perang di Ukraina lebih tinggi lagi apda Kamis pekan ini. Harga perak dan emas naik seiring investor khawatir tentang dampak harga tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Saham Amazon melonjak 5,4 persen setelah perusahaan mengumumkan pemecahan saham 1:20 dan pembelian kembali USD 10 miliar. Saham Crowdstrike menguat 12,5 persen setelah mengalahkan pendapatan dan meningkatkan prospeknya.

Selain itu, saham Zoom Video turun 5,3 persen, Microsoft susut 1 persen. Sementara itu, saham Apple dan Meta Platforms masing-masing merosot 2,7 persen dan 1,7 persen. Saham Tesla tergelincir 2,4 persen.

Saham Goldman Sachs susut 1,1 persen setelah mengumumkan menutup bisnisnya di Rusia, dan menjadi salah satu bank investasi global besar pertama yang melakukannya setelah Rusia invasi ke Ukraina. JP Morgan juga membuat pengumuman serupa pada Kamis sore pekan ini. Saham JPMorgan melemah 1,2 persen.

Inflasi AS Sentuh Level Tertinggi dalam 40 Tahun

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Indeks harga konsumen, pengukur inflasi utama menunjukkan kenaikan 7,9 persen pada Februari 2022, dan merupakan level tertinggi dalam 40 tahun. Sebelumnya menurut ekonom yang disurvei Dow Jones, inflasi berada di kisaran 7,8 persen.

Secara month-over-month, kenaikan inflasi 0,8 persen dibandingkan perkiraan 0,7 persen. “Situasi inflasi semakin buruk, dan tidak lebih baik. Bahan pokok rumah tangga menjadi lebih mahal, membatasi pengeluaran untuk kategori pilihan dan menunda realokasi kembai pengeluaran,” ujat Ekonom Morning Consult, John Leer.

Ia menambahkan, harga gas, makanan dan perumahan juga menjadi pendorong utama inflasi pada Februari 2022.

“Sayangnya perang di Ukraina akan mempersulit pengendalian inflasi. Harga gas dan energi terus naik, harga gandum melambung dan rantai pasokan tetap kacau,” Leer menambahkan.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menembus di atas 2 persen untuk pertama kalinya sejak 25 Februari 2022.

Trader juga mempertimbangkan keputusan bank sentral Eropa untuk melonggarkan langkah-langkah stimulus lebih cepat dari yang diharapkan.

Bank mengatakan akan akhiri program pembelian obligasi pada kuartal III 2022. Keputusan bank sentral Eropa datang menjelang pertumbuhan the Federal Reserve pekan depan seiring bank sentral akan menaikkan suku bunga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya