Wall Street Perkasa Imbas Koreksi Harga Minyak

Harga minyak melemah menjadi katalis positif untuk wall street pada perdagangan Rabu, 9 Maret 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Mar 2022, 07:11 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2022, 07:11 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street naik tajam pada perdagangan Rabu, 9 Maret 2022 seiring lonjakan harga komoditas baru-baru ini terutama minyak mereda. Namun, perang di Ukraina masih berlanjut.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 653,61 poin menjadi 33.286,25. Penguatan indeks Dow Jones didorong saham Salesforce, Nike dan JPMorgan. Sementara itu, indeks S&P 500 menguat 2,6 persen menjadi 4.277,88, dan catat performa terbaik sejak Juni 2020.

Indeks Nasdaq menanjak 3,6 persen menjadi 13.255,55, dan membukukan kinerja terbaik sejak November 2020. Hal itu didorong saham teknologi kapitalisasi besar.

Penguatan perdagangan Rabu pekan ini telah menyeret indeks Dow Jones keluar dari wilayah koreksi, demikian juga indeks Nasdaq.

Harga minyak turun tajam pada perdagangan Rabu sore waktu setempat. Harga minyak mentah WTI jatuh lebih dari 12 persen atau USD 15 menjadi USD 108,7 per barel. Harga minyak tersebut mencatatkan hari terburuknya sejak 26 November.

Sementara itu, harga minyak Brent turun 13 persen, atau USD 16,8 menjadi USD 111,1, dan alami penurunan terbesar sejak April 2020.

Pasar bereaksi terhadap harga komoditas yang melemah. Sebelumnya kenaikan harga komoditas ini telah menekan pasar saham. Produk energi dan pertanian terutama telah melambung lebih tinggi di tengah pertempuran di Ukraina. Sementara itu, logam juga mencatat keuntungan besar.

Perak, tembaga dan platinum, bergerak melemah pada Rabu pekan ini. Namun, harga gandum berjangka turun tajam, dan palladium mencatat kenaikan.

"Pasar saham terus mengambil isyarat dari perubahan harga komoditas yaitu minyak," ujar Chief US Economist Oxford Economics, Kathy Bostjancic dilansir dari CNBC, Kamis (10/3/2022).

Ia menambahkan, perdagangan akan terus bergejolak dan reli ketika harga melemah. Namun, secara keseluruhan, prospek harga minyak dan non-energi tetap sangat tinggi memberikan pengaruh terhadap prospek kegiatan ekonomi dan pasar saham.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Di sisi lain, saham teknologi menguat. Saham Netflix naik 5 persen. Saham Microsoft bertambah 4,6 persen, Meta Platforms dan Alphabet masing-masing naik 4,3 persen dan 5 persen.

Saham-saham terkait konsumsi kembali mengaut setelah melemah di tengah kekhawatiran harga gas lebih tinggi akan kurangi pengeluaran konsumen. Saham Nike naik 4,7 persen dan Starbucks bertambah 4,3 persen.

Saham maskapai dan pelayaran juga ikut menguat pada Rabu pekan ini. Saham Carnival Corp naik 8,8 persen. Saham United Air Lines mendaki 8,3 persen.

Harga treasury atau surat berharga turun dan imbal hasil naik seiring investor keluar dari obligasi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik sekitar 5 basis poin menjadi 1,93 persen.

Saham bank juga bergerak lebih tinggi seiring kenaikan imbal hasil obligasi. Saham Bank of America menguat 6,4 persen dan Wells Fargo bertambah 5,8 persen. Saham Goldman Sachs naik 3,8 persen.

Saham energi melemah pada Rabu pekan ini setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia, sebagai tanggapan atas invasi negara itu ke Ukraina.


Rilis Data Ekonomi

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Analis Baird, Ross Mayfield menuturkan, sentimen berikutnya yang akan pengaruhi pasar saham bagaimana bank sentral AS atau the Federal Reserve akan mengelola ekonomi yang lemah. Akan tetapi, AS harus dapat menghindari resesi.

“Kekuatan pasar tenaga kerja AS, konsumen, dan sektor korporasi agregat harus bertindak sebagai beban untuk menjaga keluar dari resesi jangka pendek,” ujar dia.

Ia menambahkan, secara keseluruhan, volatilitas kemungkinan akan bertahan, ada berbagai hasil yang mungkin terjadi di Ukraina. “Tetapi fundamental ekonomi Amerika Serikat masih terlihat baik, terutama jika the Fed dapat menavigasi kenaikan suku bunga tanpa melanggar permintaan,” ujar dia.

Di bidang ekonomi, lowongan pekerjaan melebihi jumlah pekerja yang tersedia hampir 5 juta pada Januari 2022. Total lowongan turun menjadi 11,26 juta, hal itu setelah penyesuaian ke atas yang substansial pada Desember.

Hal tersebut berdasarkan survei pembukaan pekerjaan dan perputaran tenaga kerja. Selain itu, indeks harga konsumen Februari akan dirilis pada Kamis waktu setempat.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya