Wall Street Beragam Sambut Akhir Pekan, Investor Bersiap Hadapi Kebijakan The Fed

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 137,55 poin atau 0,4 persen menjadi 34.721,12.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Apr 2022, 07:55 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2022, 07:55 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Jumat, 8 April 2022. Secara mingguan, wall street melemah seiring investor bersiap untuk kebijakan moneter yang lebih ketat dari the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 137,55 poin atau 0,4 persen menjadi 34.721,12. Indeks S&P 500 susut 0,27 persen menjadi 4.488,28. Indeks Nasdaq tergelincir 1,34 persen menjadi 13.711.

Pada pekan ini, rata-rata indeks acuan melemah di wall street. Indeks S&P 500 susut 1,27 persen. Indeks Nasdaq melemah 3,86 persen dan indeks Dow Jones merosot 0,28 persen.

Pergerakan wall street terjadi karena investor bereaksi terhadap nada perubahan oleh the Federal Reserve (the Fed) menandakan akan bertindak lebih agresif untuk melawan inflasi.

"Bukan berarti sesuatu yang positif sedang terjadi atau pembeli bergegas ke pasar, tetapi berita buruk diserap sepenuhnya untuk saat ini dan pasar sekarang menunggu data berikutnya,” ujar Adam Crisafulli dari Vital Knowledge dari CNBC, Sabtu (9/4/2022).

Ia masih berpandangan tidak ada yang benar-benar besar terjadi pekan ini selain dari pernyataan Gubernur the Fed Lael Brainard Selasa pagi.

Saham teknologi memimpin koreksi pada Jumat pekan ini. Investor melepas saham berisiko terutama mengantisipasi kenaikan suku bunga.

Suku bunga baik dapat membatasi pertumbuhan laba ke depan. Produsen Nvidia dan Micron yang berjuang di tengah kekurangan rantai pasokan dan kekhawatiran akan resesi yang mengancam. Saham Nvidia dan Micron masing-masing turun 4,5 persen dan 1,4 persen.

Sementara itu, saham Tesla, Alphabet dan Apple masing-masing turun 3 persen, 1,9 persen dan 1,2 persen.Saham Robinhood tergelincir hampir 7 persen setelah Goldman Sachs menurunkan rekomendasi menjadi jual dari netral.

Saham UPS turun hampir 1 persen seiring penurunan peringkat dari Bank of America karena kekhawatiran tentang melemahnya permintaan dan penurunan harga di industri.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di sisi lain, sektor perawatan kesehatan dan kebutuhan pokok konsumen menguat pekan ini. Hal ini seiring investor khawatir tentang perlambatan ekonomi yang beralih ke saham dengan pendapatan stabil. Saham Merck dan UnitedHealth Group menguat. Dua saham itu masing-masing naik 5 persen dan 6,5 persen.

Sementara itu, saham JPMorgan Chase dan American Express menguat. Selain itu, pergerakan wall street terjadi setelah the Fed  Rabu pekan ini merilis risalah dari pertemuan Maret yang mengungkapkan pembuat kebijakan berencana kurangi kepemilikan obligasinya dengan jumlah konsensus sekitar USD 95 miliar.

Bank sentral juga mempertimbangkan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan mendatang.Komentar Brainard awal pekan ini mengindikasikan bank sentral dapat mulai mengurangi neraca dengan kecepatan cepat setelah Mei.

"Alat utama mereka adalah suku bunga the Fed, jadi itu sebagian besar, tetapi mereka akan mulai mengeluarkan likuiditas dari sistem,” kata Ekonom Oxford Economics Kathy Bosthancic.

Ia menuturkan, the Fed akan kurangi pembelian treasury dan hipotek hingga satu triliun per tahun. “Itu banyak likuiditas yang dikeluarkan dari sistem dan investor swasta harus mengisi celah itu,” kata dia.

Antisipasi Laporan Keuangan Pekan Depan

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

The Pivot oleh the Fed telah menyebabkan suku bunga melonjak. Imbal hasil treasury 10 tahun mencapai level tertinggi baru dalam tiga tahun dengan naik di atas 2,7 persen. Pada pekan lalu di 2,38 persen dan awal 2022 sebesar 1,63 persen.

“Siklus kenaikan yang luar biasa cepat menunjukkan narasi inflasi sementara the Fed (sebagian besar ekonom) terlalu optimistis dan the Fed sekarang harus agresif mengejar setelah turun,” tulis Head of US Equity Strategy Barclays, Maneesh Deshpande.

Ia menuturkan, pihaknya tetap berhati-hati dan kenaikan berpotensi terbatas.

Harga minyak yang bergejolak selama perang Rusia-Ukraina sedikit pada Jumat pekan ini. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 2,32 persen dan di posisi USD 98,26. Harga minyak Brent mendaki 2,19 persen dan di posisi USD 102,78. Perusahaan energi termasuk Occidental Petroleum dan Halliburton menguat pada Jumat pekan ini.

Investor akan antisipasi musim laporan keuangan pekan depan. Hal tersebut dimulai dari laporan lima bank besar. JPMorgan akan melaporkan sebelum bel perdagangan pada Rabu pekan ini. Kemudian Citigroup, Goldman Sachs, Morgan Stanley dan Wells Fargo akan melaporkan sebelum pembukaan perdagangan pada Kamis pekan ini.

Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Akhir Pekan

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat, 8 April 2022, karena saham teknologi China tergelincir dan investor mengamati situasi COVID-19 di China.

Melansir CNBC, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,24 persen, sedangkan indeks Hang Seng Tech turun 1,83 persen. Saham Alibaba turun 2,47 persen, sementara saham JD.com turun 3,35 persen, serta Meituan kehilangan 2,70 persen.

Bursa saham China bervariasi. Indeks Shanghai naik 0,47 persen, sedangkan indeks Shenzhen turun 0,11 persen ke posisi 11.959,27.

Kasus COVID-19 menjadi fokus di China, dengan Shanghai melaporkan 20.398 kasus baru COVID-19 tanpa gejala dan 824 kasus baru yang bergejala pada 7 April. Kota itu lockdown dalam upaya menghentikan penyebaran virus tersebut.

"Sentimen jangka pendek (untuk saham China) dapat tetap terkendali mengingat pertemuan hambatan makro, penyebaran Omicron, ketidakpastian likuiditas global dan kekhawatiran ketegangan AS/China," menurut catatan Morgan Stanley tertanggal 7 April, dikutip dari CNBC, Jumat, 8 April 2022.

Sementara itu, analis bank juga mencatat konsumsi domestik di China lamban, dan mengatakan penyebaran virus secara sporadis di luar Shanghai dapat menyebabkan tindakan pengetatan di tempat lain.

Di sisi lain, Nikkei 225 Jepang naik 0,36 persen ke posisi 26.985,80 , sedangkan indeks Topix naik tipis 0,21 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,17 persen ke posisi 2.700,39, dan indeks Kosdaq naik 0,7 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya