Bursa Saham Asia Beragam Jelang Keputusan Bank Sentral Australia

Bursa saham di Asia Pasifik bervariasi dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Selasa, 7 Juni 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 07 Jun 2022, 10:03 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2022, 10:03 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik berjuang untuk mendapatkan arah dalam perdagangan Selasa pagi (7/6/2022), seiring investor menunggu keputusan suku bunga terbaru dari bank sentral Australia.

Bursa saham China sedikit berubah pada awal perdagangan, dengan indeks Shanghai Composite dan Shenzhen mendekati garis datar. Indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,84 persen karena saham HSBC turun hampir 2 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 1,17 persen, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,89 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang melayang sedikit lebih tinggi, sedangkan indeks Topix naik 0,49 persen. Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 1 persen lebih rendah.

Bank sentral Australia akan mengumumkan keputusan suku bunga terbaru pada 12:30 HK/SIN pada Selasa.

“Kami melihat tingkat kenaikan RBA sebesar 25 basis poin menjadi 0,60 persen. Panduan RBA untuk suku bunga pada bulan Mei menetapkan serangkaian kenaikan 'bisnis seperti biasa' 25basis poin  dalam pandangan kami, dan tidak ada aliran data sejak Mei yang merebut mereka dari prospek yang dilukis pada waktu itu,” kata  Ekonom di National Australia Bank, Tapas Strickland, menulis dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC, Selasa, 7 Juni 2022.

Semalam di Wall Street, indeks S&P 500 naik 0,31 persen menjadi 4.121,43. Indeks Dow Jones Industrial Average naik tipis 16,08 poin, atau kurang dari 0,1 persen, menjadi 32.915,78. Indeks Nasdaq Composite yang berbasis teknologi naik 0,4 persen menjadi 12.061,37.

Indeks USD berada di 102,629 setelah pemantulan baru-baru ini dari bawah 102. Yen Jepang diperdagangkan pada 132,72 per dolar, masih lebih lemah dari level di bawah 128 yang terlihat terhadap greenback minggu lalu. Dolar Australia berpindah tangan pada 0,7164, turun dari level di atas 0,72 yang terlihat kemarin.

Harga minyak lebih tinggi di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional harga minyak mentah berjangka Brent naik 0,52 persen menjadi USD 120,13 per barel. Harga minyak mentah berjangka AS naik 0,53 persen menjadi USD 119,13 per barel.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street 6 Juni 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 6 Juni 2022 seiring mencoba menguat dari pekan lalu yang tertekan. Selain itu, pelaku pasar mencermati lonjakan imbal hasil treasury atau surat utang pemerintah AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq naik 0,40 persen. Indeks S&P 500 menguat 0,31 persen. Indeks Dow Jones bertambah 16,08 poin atau kurang dari 0,1 persen. Indeks Dow Jones naik lebih dari 300 poin pada awal sesi perdagangan. Imbal hasil treasury AS tenor 10 tahun mencapai di atas 3 persen.

Sentimen investor didorong dari Beijing yang membatalkan sejumlah pembatasan terkait COVID-19. Sementara itu, the Wall Street Journal melaporkan regulator China sedang menyelesaikan penyelidikan terhadap raksasa ride hailing Didi yang berpotensi menandakan tindakan keras negara itu terhadap sektor teknologi mungkin akan segera berakhir.

Sementara itu, saham naik lebih dari 1 persen di China dan lebih dari 2 persen di Hong Kong. Saham Didi yang diperdagangkan di Amerika Serikat melonjak lebih dari 24 persen. Sementara itu, JD.com dan Pinduoduo masing-masing bertambah 6,5 persen dan 5,6 persen.

 

 

 

Perkembangangan di China Jadi Sorot

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Perkembangan di China dapat mendorong investor tentang prospek ekonomi AS dan Eropa.

“Sejak posisi terendah 3.800 di indeks S&P 500 telah ada kemajuan nyata. China kembali dibuka dan mudah-mudahan ekonomi akan hampir beroperasi pada kapasitas hampir penuh dalam sebulan,” ujar Tom Essaye dari Sevens Report dalam sebuah catatan, demikian mengutip dari laman CNBC, Selasa (7/6/2022).

Ia menambahkan, hal itu akan menambah pengaruh besar pada ekonomi global dan mungkin paling penting mengurangi tekanan rantai pasokan.

Berita dari China tampaknya meningkatkan saham kasino dengan saham Wynn Resorts naik hampir 2,5 persen. Selain itu saham energi menguat seiring pemerintahan Joe Biden menangguhkan tarif produk panel surya dari empat negara dengan Enphase Energy naik lebih dari 5 persen.

Di sisi lain, saham Amazon naik hampir 2 persen setelah stock split 20:1. Amgen dan Salesforce masing-masing turun lebih dari 1 persen membebani Dow.

 

Sentimen Imbal Hasil Obligasi AS

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Investor telah bergulat dengan kekhawatiran bank sentral dapat menaikkan suku bunga terlalu cepat dan banyak menyebabkan resesi. Pernyataan terbaru dari pembuat kebijakan the Federal Reserve menunjukkan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Juni dan Juli 2022.

Imbal hasil treasury AS tenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan karena investor menjual obligasi. Meskipun langkah tersebut tampaknya menekan saham dari level tertingginya, hal itu tidak menyebabkan koreksi besar dalam saham seperti yang terjadi pada awal 2022.

“Saya pikir keterkejutan telah memudar karena menembus level 3 persen itu selama 10 tahun. Kami pernah ke sana sebelumnya, dan kami kembali,” ujar Chief Investment Officer MissionSquare Retirement, Wayne Wicker.

Ia menambahkan, meskipun tentu saja suku bunga naik adalah sesuatu yang tidak disukai pelaku pasar, itu adalah kesimpulan kalau akan melihat suku bunga lebih tinggi dalam waktu dekat. “Pertanyaannya adalah apakah pasar obligasi telah menetapkan harga yang tinggi untuk itu,” tutur dia.

Selain itu, investor akan fokus pada pembacaan indeks harga konsumen pada Mei 2022 yang dijadwalkan rilis pada Jumat pagi, 10 Juni 2022. Pengukur inflasi utama diperkirakan hanya sedikit mereda dari April. Hal ini dapat ditafsirkan oleh sejumlah orang sebagai konfirmasi kalau inflasi telah mencapai puncaknya.

Data Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Ekonomi Amerika Serikat menambahkan 390.000 pekerjaan pada Mei 2022, yang lebih baik dari yang diharapkan meskipun ada kekhawatiran perlambatan ekonomi dan di tengah laju inflasi yang menderu.

Beberapa investor percaya data perekrutan kuat dapat membuka jalan bagi the Federal Reserve untuk tetap agresif.

“Untuk saat ini, pasar melihat the Federal Reserve mencoba menavigasi jalan yang menyakitkan dan bergelombang, namun berusaha menemukan jalan keluar yang lembut,” ujar Chief Equity Strategist LPL Financial Quincy Krosby.

Ia mengatakan antara ingin percaya pada reli tetapi tidak percaya the Fed dapat menegosiasikan soft landing.

Adapun pasar saham awal pekan ini telah mengecewakan investor. Hal ini karena rata-rata indeks acuan alami kerugian moderat. Pasar saham telah mengalami tahun yang bergejolak dengan rata-rata indeks acuan kembali turun dari rekor tertingginya. Indeks S&P 500 susut sekitar 14 persen dari level tertinggi sepanjang masa pada Januari. Indeks acuan turun ke wilayah bearish pada bulan lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya