Bursa Saham Asia Merosot Jelang Rilis Data Aktivitas Sektor Jasa China

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada awal sesi perdagangan Senin, 6 Juni 2022 jelang data ekonomi China.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 06 Jun 2022, 09:01 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2022, 09:01 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Senin pagi (6/6/2022), seiring menjelang rilis survei swasta tentang aktivitas sektor jasa China pada Mei 2022.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,48 persen imbas saham SoftBank Group turun 1,33 persen. Indeks Topix diperdagangkan 0,39 persen lebih rendah. Sedangkan, S&P/ASX 200 Australia turun 0,1 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Senin pekan ini.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,14 persen lebih rendah. Pasar di Korea Selatan ditutup pada Senin, 6 Juni 2022 karena libur.

Ke depan, Indeks Manajer Pembelian Layanan Caixin dirilis pada pukul 09:45 HK/SIN pada Senin. Rilis ini muncul setelah angka resmi PMI non-manufaktur minggu lalu sebesar 47,8 untuk Mei, peningkatan dari angka April di 41,9 tetapi masih di bawah angka 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi.

Pembacaan PMI berurutan dan mewakili ekspansi atau kontraksi dari month on month. Harga minyak lebih tinggi pada jam perdagangan pagi hari di Asia, dengan patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 1,34 persen menjadi USD 121,33 per barel. Harga minyak mentah berjangka AS naik 1,27 persen menjadi USD 120,38 per barel.

Sementara itu, indeks USD berada di 102,085 menyusul kenaikan baru-baru ini dari level di bawah 102. Yen Jepang diperdagangkan pada 130,68 per dolar AS, lebih lemah dibandingkan dengan level di bawah 128 yang terlihat terhadap greenback minggu lalu.  Kemudian, dolar Australia berada di 0,72 setelah turun dari atas 0,725 akhir pekan lalu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pembukaan Bursa Saham Asia Jumat 3 Juni 2022

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat pagi (3/6/2022). Pergerakan bursa saham Asia Pasifik ini mengikuti wall street. Investor juga menanti rilis data pekerjaan Amerika Serikat pada Mei 2022.

Di Jepang, indeks Nikkei naik 1,23 persen yang didorong saham Fast Retailing dengan melonjak 4 persen. Indeks Topix menanjak 0,73 persen. Indeks Korea Selatan Kospi menguat 0,79 persen. Indeks Australia ASX 200 menanjak 0,67 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,52 persen.

Di wall street, indeks S&P 500 melompat 1,84 persen ke posisi 4.176,82. Indeks Dow Jones menguat 435,05 poin atau naik 1,33 persen ke posisi 33.248,28. Indeks Nasdaq menanjak 2,69 persen ke posisi 12.316,90. Demikian mengutip dari CNBC, Jumat pekan ini.

Amerika Serikat akan rilis data tenaga kerja pada Mei 2022. Ekonom yang disurvei Dow Jones perkirakan tambahan tenaga kerja sebanyak 328.000 pada Mei 2022.

OPEC dan sekutu produsen minyak pada Kamis, 2 Juni 2022 sepakat untuk menaikkan produksi pada Juli dan Agustus dengan jumlah lebih besar dari perkiraan karena invasi Rusia ke Ukraina mengguncang pasar energi global.

Harga minyak menguat pada jam perdagangan di Asia dengan harga minyak Brent berjangka naik 0,3 persen menjadi USD 117,96 per barel. Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat juga bertambah 0,27 persen menjadi USD 117,19 per barel.

Indeks dolar AS berada di posisi 101,758 di tengah minggu yang bergejolak. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 1290,98 per dolar AS lebih lemah dibandingkan dengan level di bawah 128 yang terlihat terhadap greenback awal pekan ini. Dolar Australia berada di posisi USD 0,7263 setelah di posisi USD 0,721.

 

Penutupan Wall Street Jumat 3 Juni 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 3 Juni 2022. Wall street yang koreksi tersebut menutup kinerja sepekan lebih rendah.

Hal tersebut seiring investor mencerna data pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter ke depan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 348,58 poin atau 1,1 persen menjadi 32.899,70. Indeks S&P 500 tergelincir 1,6 persen menjadi 4.108,54. Indeks Nasdaq susut hampir 2,5 persen menjadi 12.012,73.

Tiga indeks acuan ini berakhir negatif pada pekan ini. Indeks S&P 500 merosot 1,2 persen, indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing merosot hampir 1 persen. Investor menganalisis laporan pekerjaan terbaru yang menunjukkan perekrutan AS tetap tinggi pada Mei.

 

 

Data Tenaga Kerja AS

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Nonfarm payrolls menambahkan 390.000 pekerjaan pada Mei, demikian laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja. Ekonom memperkirakan 328.000 pekerjaan ditambahkan, menurut Dow Jones.

Penghasilan per jam rata-rata naik 0,3 persen pada Mei, menurut BLS, sedikit lebih rendah dari perkiraan konsensus 0,4 persen dan sejalan dengan kondisi pada April 2022.

“Kabar baik adalah berita buruk. Ini mengingatkan kita the Fed masih menjadi faktor penentu, setidaknya dalam emosi investor,” ujar Chief of Investment Research Nationwide, Mark Hackett, mengutip dari CNBC, Sabtu (4/6/2022).

Traders yang menjual saham kemungkinan bereaksi terhadap pergerakan suku bunga lebih tinggi dengan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) mengetatkan kebijakan moneter. Imbal hasil surat utang pemerintah AS atau treasury bertenor 10 tahun naik di atas level 2,9 persen setelah laporan itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya