Wall Street Masih Perkasa, Indeks S&P 500 Catat Reli Terbesar Sejak Maret 2020

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melompat 825,43 poin atau 2,8 persen ke posisi 30.316,32.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Okt 2022, 06:59 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 06:59 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan Selasa, 4 Oktober 2022. Penguatan wall street seiring imbal hasil obligasi AS melanjutkan koreksi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melompat 825,43 poin atau 2,8 persen ke posisi 30.316,32. Indeks S&P 500 bertambah hampir 3,1 persen ke posisi 3.790,93. Indeks Nasdaq naik 3,3 persen ke posisi 11.176,41.

Dengan wall street yang menguat pada perdagangan Selasa pekan ini, indeks S&P 500 naik 5,7 persen selama sepekan. Ini mencatatkan reli terbesar dalam dua hari sejak Maret 2020.

Wall street memulai awal yang kuat pada Oktober 2022. Hal itu membawa jeda dari penurunan cepat yang terlihat pada September dan kuartal sebelumnya. Pada Senin, 3 Oktober 2022, indeks Dow Jones naik sekitar 765 poin untuk hari terbaiknya sejak 24 Juni 2022. Indeks S&P 500 bertambah 2,6 persen dalam kenaikan satu hari terbesar sejak 27 Juli 2022, dan indeks Nasdaq menguat 2,3 persen.

"Setelah jatuh lebih dari 9 persen pada September dan memperpanjang penurunan year to date menjadi hampir 25 persen pada penutupan Jumat, kami pikir S&P 500 terlihat jenuh jual,” ujar Chief Investment Officer UBS Global Wealth Management, Mark Haefele dikutip dari CNBC, Rabu (5/10/2022).

Ia menambahkan, selain itu, beberapa tekanan jual pekan lalu mungkin didorong oleh penyeimbangan kembali pada akhir kuartal.

"Dengan sentimen terhadap saham yang sudah sangat lemah, periode penguatan diharapkan,” kata dia.

Haefele mengatakan, pasar mungkin tetap akan bergejolak dalam waktu dekat terutama didorong harapan inflasi dan kebijakan suku bunga.

Saham Twitter Melonjak

Ilustrasi twitter
Ilustrasi twitter. (Photo by Jeremy Bezanger on Unsplash)

Sentimen telah meningkat dalam dua sesi terakhir ini karena imbal hasil obligasi turun dari level tertinggi dalam 10 tahun. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun berada di posisi 3,63 persen pada Selasa, 4 Oktober 2022. Imbal hasil obligasi itu menurun dari posisi lebih dari 4 persen pada pekan lalu.

Sentimen pada perdagangan Selasa pekan ini juga mendapatkan doronga seiring saham Credit Suisse yang naik lebih dari 12 persen. Awal pekan ini, ada kekhawatiran kesehatan keuangan bank tersebut. Credit Suisse mengatakan kepada CNBC akan memberikan pembaruan pada strategi selain kinerja kuartal III 2022.

Di sisi lain, saham Twitter melonjak 22 persen setelah Elon Musk mengubah arah dan setuju membeli raksasa media sosial itu dengan harga USD 54,20 per saham.

Saham Twitter memperpanjang kenaikan seiring data lowongan pekerjaan yang menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja membuat beberapa pedagang bertaruh the Fed dapat membatalkan kampanye pengetatan kebijakan agresifnya lebih cepat dari yang diharapkan.

“Namun, pemantulan saat ini tidak berbeda dari reli yang kami alami musim panas ini,” ujar Senior Wealth Advisor Neuberger Berman.

Indeks Dolar AS Melemah

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia menambahkan, pelaku pasar suka menanti kabar baik tetapi tidak akan mengalami pemulihan di pasar hingga the Federal Reserve (the Fed) memberikan sinyal akan berhenti menaikkan suku bunga acuan. “Dan itu tidak akan terjadi sampai inflasi mulai turun,” ujar dia.

Selain itu, salah satu faktor yang membantu pasar saham adalah dolar AS yang sedikit lebih lemah. Indeks dolar AS melemah dalam lima hari berturut-turut.

Indeks dolar AS turun 1,5 persen pada perdagangan Selasa sore di kisaran 110,06. Indeks diperdagangkan di kisaran 114,78 pada pekan lalu karena ada kekhawatiran tentang kesehatan kegagalan pasar obligasi pemerintah Inggris. Pound Inggris dan euro masing-masing lebih dari 1 persen terhadap dolar AS pada Selasa pekan ini. Dolar AS juga turun terhadap Yen Jepang.

Penutupan Wall Street 3 Oktober 2022

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street reli pada perdagangan Senin, 3 Oktober 2022. Wall street  menguat pada awal bulan dan kuartal IV 2022 seiring imbal hasil obligasi pemerintah AS melemah.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 765,38 poin atau hampir 2,7 persen ke posisi 29.490,89. Indeks S&P 500 naik 2,6 persen menjadi 3.678,43 setelah merosot ke level terendah sejak November 2020. Indeks Nasdaq naik hampir 2,3 persen ke posisi 10.815,43.

Penguatan wall street menjadi hari terbaik sejak 24 Juni 2022 untuk Dow Jones, dan S&P 500 mencatat hari terbaik sejak 27 Juli 2022.

Pergerakan itu terjadi ketika imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun berada di 3,65 persen, setelah melampaui 4 persen pada satu titik pekan lalu. “Ini cukup sederhana pada titik ini, imbal hasil treasury 10 tahun naik, dan saham kemungkinan tetap di bawah tekanan. Imbal hasil obligasi turun dan saham menguat,” ujar Tavis McCourt dari Raymond James, dikutip dari CNBC, Selasa (4/10/2022).

Wall street akan keluar dari bulan yang sulit dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat koreksi terbesar sejak Maret 2020. Indeks Dow Jones juga ditutup di bawah 29.000 untuk pertama kalinya sejak November 2020.

Pada September 2022, indeks Dow Jones turun 8,8 persen. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 9,3 persen dan 10,5 persen.

Pada kuartal III 2022, indeks Dow Jones turun 6,6 persen dan mencatat penurunan tiga kuartal berturut-turut untuk pertama kalinya sejak kuartal III 2015. Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 5,28 persen dan 4,11 persen dan membukukan koreksi kuartalan sebanyak tiga kali berturut-turut untuk pertama kali sejak 2009.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya