Liputan6.com, Jakarta -- Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Pandu Patria Sjahrir mengatakan, kebijakan insentif yang dibutuhkan bagi pengusaha, salah satunya investasi untuk kendaraan listrik.
"Jadi kalau diinvestasikan ke sesuatu yang membuat industri baru yang menjadi produktif itu lebih keren. Subsidi yang sekarang misalnya ke 70 persen ke tempat yang salah. Kalau ini lebih menguntungkan (subsidi kendaraan listrik)," kata Pandu dalam konferensi pers, Rabu (12/10/2022).
Baca Juga
Pandu menilai, jika pemerintah investasi ke ranah industri listrik tersebut akan menghasilkan keuntungan berlipat ganda.
Advertisement
"Setiap satu dolar pemerintah investasikan ke industri listrik ini untungnya lima belas kali lipat. Semoga didengarkan (pemerintah)," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah menginginkan jumlah motor listrik mencapai 50 persen dibandingkan jumlah motor berbahan bakar minyak (BBM).
"Kalau insentif menurut saya dari sisi pelaku pemerintah mereka ingin melakukan ini. Dari kemarin misalnya, tolong kalau bisa dari semua setengah motor yang ada di Indonesia yaitu motor listrik," kata dia.
Bagaimana pemerintah bisa mempercepat target tersebut?
"Nah ini saya sangat encourage kenapa percobaan enam bulan pertama antusiasme nya sangat besar. Jadi ini penting karena konsumer pak, we are play the consumer game tapi memang satu harga tuh segalanya untuk orang nyoba mau ga mau," ujar dia.
Investasi di Net Zero Carbon
Sebelumnya, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) atau TBS menyiapkan sekitar USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,3 triliun (kurs Rp 14.287 per USD) untuk investasi pada net zero carbon.
Vice President Director PT TBS Energi Utama Tbk, Pandu Patria Sjahrir mengatakan, perseroan menargetkan net zero carbon pada 2030.
"Kami telah berkomitmen untuk menjadi Net Zero pada tahun 2030 dan itu akan menjadi tugas yang cukup menakutkan. Tapi kami pada dasarnya mengatakan bahwa kami akan berinvestasi hampir USD 1 miliar dari arus kas internal kami," kata Pandu dalam webinar The Future of Mobility in a Net-Zero World, Rabu, 16 Maret 2022.
Pandu menambahkan, bertahun-tahun perseroan juga telah investasi dalam berbagai hal terkait energi terbarukan. Di saat bersamaan, perseroan juga melakukan pengembangan infrastruktur digital lantaran disebut menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.
Advertisement
Bentuk Usaha Patungan
Pada kuartal IV tahun lalu, TBS membentuk usaha patungan (joint venture) dengan Gojek yang bernaung dalam PT Goto Gojek Tokopedia Tbk.
Lewat usaha patungan ini, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan kepemilikan kendaraan listrik.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 16 Maret 2022, saham TOBA naik 3,7 persen ke posisi Rp 1.120 per saham. Saham TOBA menguat 10 poin ke posisi Rp 1.090 per saham.
Saham TOBA berada di level tertinggi Rp 1.130 dan terendah Rp 1.080 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.412 kali dengan volume perdagangan 83.314. Nilai transaksi harian Rp 9,2 miliar.
Operasikan PLTU Sulbagut 1
Sebelumnya, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melalui anak usaha PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) mengoperasikan komersial Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulbagut-1.
Direktur TBS Energi Utama, Alvin F. Sunanda mengungkapkan, pada 13 April 2022 anak usaha emiten yaitu PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) selaku perusahaan pembangkit listrik swasta (IPP) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulbagut-1 telah memperoleh penetapan tanggal operasi komersial dari PT PLN (Persero).
"Berdasarkan surat tertanggal 13 April 2022 dengan nomor surat 22138/KIT.04.01/C01050000/2022 perihal pernyataan tanggal operasi komersial (COD) untuk proyek IPP Sulbagut-1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Berdasarkan Surat PLN tersebut tanggal operasi komersial yang ditentukan adalah tanggal 31 Desember 2021),” tulisnya dalam keterbukaan informasi dari Bursa Efek Indonesia, Selasa (19/4/2022).
Perolehan pernyataan tanggal operasi komersial berdasarkan surat PLN ini tidak mempengaruhi kegiatan operasional yang saat ini berjalan dan secara jangka panjang akan memperkuat kondisi keuangan serta kelangsungan usaha emiten.
Sebelumnya, TOBA menjadi salah satu perusahaan tambang batu bara yang perlahan mengubah bisnisnya menjadi energi baru terbarukan (EBT). Untuk mendukung transformasi itu, perseroan memiliki sejumlah renewable project dengan kapasitas energi hingga 918 MW.
Advertisement
Lima Proyek
Head of Corporate Strategy PT TBS Energi Utama Tbk, Nafi Achmad Sentausa mengungkapkan, ada lima proyek renewable energy atau energi baru terbarukan yang ditargetkan selesai pada 2025.
"Kami 2022 merupakan tahun yang penting untuk TBS di mana kita sudah mulai konstruksi untuk proyek mini hydro di Lampung Dan kita juga targetkan untuk bisa secure project lainnya baik 2024 atau awal 2025,” kata Nafi, dalam webinar dengan PT Samuel Sekuritas ditulis Kamis, 3 Maret 2022.
Proyek-proyek tersebut yakni Hydro di Lampung, yang sebelumnya disebutkan telah mulai konstruksi dengan kapasitas 214 MW senilai USD 15–18 juta.
Kemudian di NTT ada Wind dengan kapasitas 22 MW memerlukan USD 50—66 juta dan Biomass 20 MW di NTT senilai USD 34—38 juta. Solar PV 48 MW di Kepulauan Riau membutuhkan sekitar USD 34—38 juta, dan Waste to Energy 20 MW di Sulawesi Utara diperkirakan menelan USD 136—140 juta.
Dengan demikian, keseluruhan belanja modal yang disiapkan untuk proyek-proyek itu sekitar USD 285—322 juta.
"Dari segi investasi yang dibutuhkan sekitar USD 300 juta atau sekitar Rp 4,31 triliun (asumsi kurs Rp 14.381 per dolar AS) dan untuk project cost akan didanai baik melalui ekuitas maupun debt financing,” kata Nafi.