Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai prospek dari penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) PT Global Digital Niaga atau Blibli.com (Blibli) masih dibayangi sejumlah tantangan. Salah satunya, suku bunga yang bisa menjadi sentimen negatif bagi perusahaan.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, IPO Blibli ini momentum bisa dibilang kurang tepat.
Baca Juga
"Untuk prospek emiten Blibli masih memiliki berbagai tantangan mengingat saat ini adanya tren kenaikan suku bunga dapat menjadi sentimen negatif. Di sisi lain kinerja yang masih negatif pun dapat membuat valuasi sahamnya terbilang mahal,” kata Abdul kepada Liputan6.com, Senin (17/10/2022).
Advertisement
Kemudian, untuk investor yang ingin membeli saham tersebut bisa melakukan trading saham jangka pendek.
"Untuk investor yang ingin mengoleksinya bisa tunggu untuk di secondary market bagaimana atau bisa dilakukan untuk trading jangka pendek saja,” kata dia.
Dia juga mengatakan, prospek sektor teknologi untuk tahun ini hingga awal 2023 masih banyak tertekan, karena kenaikan suku bunga serta inflasi tinggi yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar akan daya beli yang melemah serta kinerja yang masih berpotensi negatif
“Untuk 2023 juga masih sama terlebih adanya ancaman resesi global juga akan mengganggu kinerja emiten,” ujar dia.
Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, saat ini sentimen untuk sektor teknologi secara umum terbilang sedang kurang baik.
"Untuk Blibli sendiri sama seperti emiten e-commerce yang sudah lebih dulu IPO (BUKA, GOTO) masih mengalami kerugian, ditambah lagi saat ini sentimen untuk sektor teknologi yang sedang kurang baik secara umum,” kata Jono.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Cermati Pemakaian Dana IPO hingga Potensi Ekosistem Blibli
Tak hanya itu, Blibli juga berupaya memperkuat rencana keuangan dengan melihat rencana penggunaan IPO Blibli yang sebagian besar akan dialokasikan untuk melunasi utang bank.
"Melihat rencana penggunaan dana IPO yang sebagian besar untuk melunasi utang bank, menunjukkan bahwa perseroan berupaya untuk memperkuat neraca keuangan untuk menghadapi situasi global yang sedang kurang baik dengan ancaman resesi saat ini,” ujar dia.
Untuk investor bisa mencermati tujuan penggunaan dana IPO Blibli dan bagaimana potensi ekosistem Blibli dengan Ranch Market dan Tiket.com
"Yang harus dicermati tentu tujuan penggunaan dana IPO dan bagaimana potensi dari ekosistem Blibli dengan ranchmarket dan tiket.com nantinya jika dibandingkan dengan ekosistem milik Bukalapak dan GOTO,” kata dia.
Selain itu, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan, saat ini bukan momentum terbaik untuk saham teknologi melakukan IPO.
"Harus diakui memang bukan momentum yang terbaik untuk saham dari sektor teknologi IPO di saat ini, tetapi juga bukan momentum terburuk,” kata Jimmy.
Dia juga menjelaskan, pergerakan saham pasca IPO memang akan banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif.
"Sentimen negatif seperti issue kenaikan suku bunga dan inflasi global yang tidak kunjung turun, tetapi jika perusahaan terkait mampu menunjukkan kinerja yang baik, harga sahamnya juga relatif akan lebih bertahan,” kata dia.
Advertisement
IPO Blibli
Sebelumnya, PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce blibli akan menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).
Mengutip laman e-ipo, ditulis Senin (17/10/2022), PT Global Digital Niaga Tbk menawarkan saham perdana 17,77 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Jumlah saham itu sebanyak-banyaknya setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran saham perdana perseroan di kisaran Rp 410-Rp 460 per saham. Dengan demikian, perseroan membidik dana IPO Rp 8,17 triliun.
Selain itu, perseroan juga akan alokasikan sebanyak-banyaknya 55 juta saham atau sekitar 0,31 persen dari saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan (employee stock allocation/ESA) sebesar 55 juta saham.
Perseroan juga akan alokasikan hak opsi kepada manajemen dan karyawan menjadi sebanyak-banyaknya 3,65 miliar saham atau sekitar 2,99 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, pelaksanaan ESA, MESOP. Pemberikan hak opsi dalam MESOP dapat dilaksanakan oleh perseroan hingga 20 Desember 2024.
Selanjutnya
Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar Rp 5,5 triliun untuk pembayaran utang ke perbankan. Sedangkan sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan.
Adapun hingga Juni 2022, perseroan mencatat pendapatan bersih naik 123,7 persen menjadi Rp 6,7 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,99 triliun. Perseroan mencatat rugi tahun periode berjalan Rp 2,50 triliun hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,11 triliun. Perseroan mencatat ekuitas Rp 8,16 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 10,08 triliun.
Total liabilitas perseroan naik menjadi Rp 8,7 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 8,3 triliun. Total aset pengelola e-commerce Blibli ini turun menjadi Rp 16,86 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 18,3 triliun. Perseroan kantongi kas Rp 1,9 triliun.
Advertisement
Jadwal IPO
Terkait kebijakan pembagian dividen, setelah IPO, direksi perseroan berencana untuk membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan dalam bentuk tunai sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Besaran dividen tersebut akan dikaitkan dengan keuntungan perseroan pada tahun buku yang bersangkutan.
Penentuan jumlah dan pembagian dividen akan bergantung pada rekomendasi direksi perseroan dengan mempertimbangan laba ditahan, hasil usaha dan keuangan, kondisi keuangan, likuiditas, prospek usaha dan faktor lain yang dianggap relevan oleh direksi.
Adapun hingga saat ini prospektus diterbitkan, perseroan belum melakukan pembagian dividen mengingat perseroan belum membukukan laba bersih.
Setelah IPO dan MESOP, pemegang saham perseroan antara lain PT Global Investama Andalan sebesar 81,18 persen, Kusumo Martanto sebesar 0,034 persen, Honky Harjo sebesar 0,028 persen, Lisa Widodo sebesar 0,002 persen, Andy Untono sebesar 0,001 persen, lain-lain sebesar 1,2 persen, masyarakat sebesar 14,50 persen, ESA sebesar 0,04 persen, dan MESOP sebesar 2,99 persen.
Untuk melaksanakan IPO, PT Global Digital Niaga Tbk telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas.
Untuk jadwal IPO:
-Masa penawaran awal pada 17-24 Oktober 2022
-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Oktober 2022
-Masa penawaran umum pada 1-3 November 2022
-Tanggal penjatahan pada 3 November 2022
-Distribusi saham secara elektronik pada 4 November 2022
-Tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 November 2022