Dow Jatuh Lebih dari 250 Poin Imbas Krisis Bank Menyebar ke Eropa

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh dipicu kekhawatiran krisis perbankan yang menyebar ke Eropa menekan pasar lebih besar.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Mar 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2023, 06:00 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat,. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta Di Pasar Saham Amerika Serikat, indeks bergerak bervariasi pada penutupan perdagangan. Indeks Dow dan S&P 500 masing-masing turun 0,9 persen dan 0,7 persen. Sementara itu, Nasdaq Composite naik tepat di bawah 0,1 persen.

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh dipicu kekhawatiran krisis perbankan yang menyebar ke Eropa menekan pasar lebih besar.

Dow berakhir 280,83 poin, atau 0,9 persen lebih rendah menjadi 31.874,57. Sedangkan indeks S&P 500 turun 0,7 persen menjadi 3.891,93.

Sementara Nasdaq menambah keuntungan kecil, naik 0,05 persen menjadi 11.434,05. Rata-rata utama mengakhiri hari jauh dari posisi terendah sesi mereka. Dow pada satu titik sempat turun 725 poin, dan S&P 500 menyerahkan semua kenaikannya di tahun 2023.

Melansir laman CNBC, Kamis (16/3/2023), indeks menguat kembali pada perdagangan sore menyusul pengumuman dari regulator Swiss bahwa bank sentral negara itu akan memberikan likuiditas Credit Suisse jika diperlukan.

Investor khawatir setelah Saudi National Bank, investor terbesar Credit Suisse, mengatakan tidak dapat memberikan pendanaan lagi.

Berita itu muncul setelah pemberi pinjaman Swiss mengatakan awal pekan ini telah menemukan "kelemahan material tertentu dalam pengendalian internalnya atas pelaporan keuangan" pada 2021 dan 2022. Saham Credit Suisse yang terdaftar di AS ditutup hampir 14 persen lebih rendah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

 

 

Krises Sektor Keuangan

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Dalam beberapa hari terakhir, krisis di sektor keuangan berpusat di sekitar perbankan daerah, seiring keruntuhan Silicon Valley Bank dan Signature Bank.

Keduanya merupakan korban dari manajemen yang buruk dalam menghadapi delapan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dalam 12 bulan terakhir. Setelah itu, perhatian kemudian beralih ke perbankann besar.

"Kami melihat gejolak bank yang dimulai di Silicon Valley, itu benar-benar menyebar ke seluruh dunia," kata Edward Moya, Analis Pasar senior di Oanda.

"Pasar menyadari bahwa Anda melihat bank dalam masalah karena banyak model profitabilitas mereka didasarkan pada, sebagian besar, suku bunga nol."

 


Saham Besar Susut

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Saham bank besar turun karena bersimpati dengan Credit Suisse dan sektor Bank Eropa. Saham Citigroup meluncur 5,4 persen, sementara Wells Fargo dan Goldman Sachs masing-masing kehilangan lebih dari 3 persen. Dana SPDR Sektor Pilih Keuangan (XLF) kehilangan 2,7 persen.

Bank-bank regional, yang rebound mengangkat sentimen pasar yang lebih luas, turun lagi pada Rabu. SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) kehilangan 1,6 persen didorong oleh kerugian lebih dari 21 persen dan 12 persen di First Republic Bank dan PacWest Bancorp masing-masing.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya