Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) membagikan dividen tunai untuk periode tahun buku 2022 USD 113,16 juta. Dividen tersebut setara dengan Rp 322,29 per saham.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Kamis (27/4/2023), pembagian dividen tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 19 April 2023.
Baca Juga
Dividen tunai untuk periode tahun buku 2022 USD 113,16 juta atau setara dengan Rp 322,29 per saham. Adapun, jumlah dividen interim untuk tahun buku 2022 USD 40 juta atau Rp 114,29 per saham.
Advertisement
Selain itu, jumlah dividen yang dibayarkan berdasarkan DPS untuk tahun buku 2022 sebesar USD 73,16 juta atau Rp 208 per saham.
Sementara itu, Indika Energy mencatat laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak USD 452,67 juta hingga Desember 2022, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya USD 882,84 juta serta total ekuitas senilai USD 1,34 miliar.
Jadwal
- Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 4 Mei 2023
- Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 5 Mei 2023
- Cum dividen di pasar tunai: 8 Mei 2023
- Ex dividen di pasar tunai: 9 Mei 2023
- Recording date: 8 Mei 2023
- Pembayaran dividen: 17 Mei 2023
Saham INDY
Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 26 April 2023, saham INDY merosot 6,79 persen ke posisi Rp 2.610 per saham. Saham INDY dibuka merosot 130 poin ke possi Rp 2.670 per saham. Saham INDY berada di level tertinggi Rp 2.670 dan terendah Rp 2.610 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 3.448 kali dengan volume perdagangan 93.380 lot saham. Nilai transaksi harian saham Rp 24,5 miliar.
Hasil RUPST
PT Indika Energy Tbk (INDY) memutuskan untuk membagikan dividen final tunai sebesar USD 73,16 juta atau setara dengan Rp 208 per saham.
Sebelumnya, INDY membagikan dividen interim sebesar USD 40 juta yang telah dibayarkan pada Agustus 2022. Dengan demikian, Indika Energy membagikan dividen tunai sebesar USD 113,2 juta atau kurang lebih 25 persen dari laba bersih 2022. Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu, 19 April 2023.
Mengutip keterangan resminya, ditulis Kamis (20/4/2023), RUPST juga menyetujui untuk mengangkat kembali anggota dewan komisaris dan direksi yang sudah habis masa jabatannya.
Berikut ini merupakan jajaran dewan komisaris dan direksi perseroan terbaru.
Dewan Komisaris:
* Agus Lasmono sebagai Komisaris Utama
* Richard Bruce Ness sebagai Wakil Komisaris Utama
* Indracahya Basuki sebagai Komisaris
* Farid Harianto sebagai Komisaris Independen
* Eko Putro Sandjojo sebagai Komisaris Independen
Direksi:
* M. Arsjad Rasjid P.M. sebagai Direktur Utama
* Azis Armand sebagai Wakil Direktur Utama
* Retina Rosabai sebagai Direktur
* Purbaja Pantja sebagai Direktur
* Kamen Kamenov Palatov sebagai Direktur
Advertisement
Kinerja Indika Energy
Sementara itu, sepanjang 2022, perseroan mencetak laba bersih sebesar USD 452,7 juta, dan laba inti sebesar USD 521,2juta. Melalui anak usaha Kideco Jaya Agung (Kideco), perseroan mengalokasikan 28 persen dari total produksi untuk kebutuhan dalam negeri melebihi ketentuan 25 persen Domestic Market Obligation (DMO).
Pada tahun yang sama, Indika Energy membukukan pendapatan sebesar USD 4.334,9 juta, atau naik 41,2 persen dibandingkan USD 3.069,2 juta pada 2021.
Kenaikan pendapatan perseroan terutama disebabkan oleh meningkatnya harga jual batubara dimana indeks batubara Indonesia (ICI) 4 pada 2022 menjadi sebesar USD 86,1 per ton atau naik 30,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kideco telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan Khusus Sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian yang berlaku sampai dengan Maret 2033
"Tahun 2022 adalah tahun di mana Indika Energy melaju cepat dalam melakukan diversifikasi usaha dan sekaligus memperkuat fondasi masa depan Indika Energy sebagai perusahaan investasi terdiversifikasi di Indonesia. Percepatan terutama berasal dari sektor kendaraan listrik, energi terbarukan, solusi berbasis alam, dan mineral, serta peningkatan kinerja ESG Indika Energy Group," kata Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid.
Indika Energy Kantongi Kredit Sindikasi Setara Rp 3,85 Triliun untuk Garap Tambang Emas di Sulsel
Sebelumnya, PT Indika energy Tbk (INDY) memperoleh fasilitas kredit senilai USD 250 juta atau setara Rp 3,85 triliun (kurs Rp 15.401,15 per USD).
Pada 2 Maret 2023, perseroan telah menandatangani Perjanjian Fasilitas Kredit (Facility Agreement) bersama dengan para anak perusahaan perseroan, yaitu PT Indika Inti Corpindo, PT Tripatra Multi Energi, PT Tripatra Engineering, PT Tripatra Engineers and Constructors, dan Tripatra (Singapore) Pte. Ltd. sebagai para penanggung awal bersama dengan beberapa bank sebagai pemberi fasilitas kredit.
“Perjanjian Fasilitas ini akan dipergunakan untuk pengembangan dan pembangunan Proyek Awak Mas dari PT Masmindo Dwi Area,” ungkap Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk, Adi Pramono dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (7/3/2023).
Dalam perjanjian tersebut, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank UOB Indonesia (UOB), PT Bank DBS Indonesia (DBS), PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), bertindak secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, sebagai pengatur.
Kemudian BNI, sebagai Agen, Bank Mandiri sebagai Agen Jaminan, serta Mandiri dan BNI, masing- masing bertindak sebagai Bank Rekening. PT Indika Inti Corpindo, PT Tripatra Multi Energi, PT Tripatra Engineering, PT Tripatra Engineers and Constructors, dan Tripatra (Singapore) Pte. Ltd. adalah anak-anak perusahaan dari Perseroan yang dimiliki oleh Perseroan sebesar 100 persen secara langsung dan tidak langsung.
Selain perjanjian fasilitas, perseroan dan para pihak sebagaimana disebutkan menandatangani perjanjian konfirmasi jaminan dan surat tambahan untuk perjanjian antar kreditur. Perjanjian fasilitas tersebut dijamin secara pari passu berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Indenture untuk surat utang senior 5,875 persen sebesar USD juta dan surat utang senior 8,250 persen sebesar USD 675 juta.
Proyek Awak Mas memiliki perkiraan cadangan ore 1,1 juta ounce dan sumber daya sebesar 2 juta ounce di Sulawesi Selatan (Sulsel). Proyek ini ditemukan pada 1988, dan telah melakukan sekitar 135 km pengeboran yang terdiri dari 1.100 titik bor. Awak mas merupakan perjanjian kontrak karya generasi ke-7 dengan pemerintah Indonesia hingga 2050.
Advertisement